Assalamualaikum.....

Terimakasih telah mengunjungi situs ini, semoga materi-materi yang terdapat di dalamnya dapat bermanfaat untuk kita semua....
Amin ya robbal alamin.....

Rio Cool

Rio Cool
Handsome Boy
Powered By Blogger

Selasa, 09 Februari 2010

NEBULIZER

Beberapa pasien, terutama pasien yang keadaan umumnya
berat, di rumah sakit, talc dapat menggunakan MDI dengan
efektif. Pada pasien-pasien ini seringkali harus dipakai alat nebu-
lizer untuk terapi inhalasi.
Dalam praktek, 2 macam nebulizer yang sering digunakan:
nebulizer dengan tenaga gas/udara bertekanan (gambar 2), dan
nebulizer ultrasonik (gambar 3).
Gambar 2. Nebulizer dengan tenaga pendorong gas/udara bertekanan.
Gambar 3. Nebulizer ultrasonik. Konstruksi lain tanpa cairan medium
kontak.
Biaya terapi inhalasi dengan bantuan alat ini agaknya lebih
mahal dari MDI, karena alatnya sendiri lebih kompleks dan
mahal, dan biasanya diperlukan supervisi profesional untuk
menyiapkan larutan obat dan mengawasi pasien selama terapi
inhalasi.
Jenis-jenis aerosol dalam terapi inhalasi pada penyakit paru
obstruktif dapat berupa air (bland
aerosol),
larutan garam,
mukolitik, bronkodilator, natrium kromoglikat, kortikosteroid


AEROSOL AIR, LARUTAN GARAM, DETERJEN
DAN ANTIBUSA.
Uap air atau kabut mengandung lebih banyak air per unit
volume daripada udara yang dilembabklan. Dengan alasan ini
aerosol air atau larutan garam digunakan untuk tujuan
mengencerkan sekret dan memperbaiki transpor mukosilier.
Eksperimen telah membuktikan bahwa udara kering melambat-
kan bersihan mukosiler, sehingga banyak dokter yang percaya
kegunaan aerosol air dan larutan garam.
Belum ada literatur yang menunjukkan kegunaan aerosol-
aerosol ini secara objektif. Bila aerosol-aerosol ini diberikan
pada pasien asma harus lebih berhati-hati, karena inhalasi dari
iritan-iritan yang tida khas, seperti uap air dingin, dapat me-
nyebabkan spasme bronkus. Bronkokonstriksi ini dapat terjadi
sekunder dari refleks yang berawal pada berbagai tempat di jalan
napas, termasuk hidung.
Kegunaan erosol berisi deterjen dalam pengobatan pasien
paru-paru belum terbukti. Aerosol ini telah digunakan bertahun-
tahun dengan tujuan menaikkan hidrasi dari sputum dan
meningkatkan pengeluaran sekret dengan batuk. Lebih lanjut,
dengan menstabilkan butir-butir air, deterjen meningkatkan
penyebarannya sepanjang percabangan bronkus. Deterjen
seperti gliserin (5%), propilen glikol (5%), natrium 2-etil heksanol
sulfat dapat mengurangi viskositas sputum dengan jalan me-
nurunkan tegangan permukaan, tapi tak ada efek mukolitik yang
bermakna, dan tidak ada bukti perbaikan faal paru atau aktifitas
mukosilier.
Alkohol dan oktil alkohol pernah digunakan sebagai bahan
anti busa dalam pengobatan edemna paru, akan tetapi efekti-
fitasnya masih kontroversial.

MUKOLOTIK
Bahan-bahan ini dipakai untuk mengubah sifat fisik dari
sekresi bronkial dengan tujuan memobilisasi lebih efektif. Tetapi
tak ada bukti objektif efek positif pada bersihan mukosilier atau
faal paru pada pasien-pasien dengan bronkitis kronik dan emfi-
sema
(2)
.
Mukolitik dapat menyebabkan edema bronkus dan spasme
bronkus bersamaan pada saat mengencerkan sekret. Biasanya
dianjurkan pemberian bronkodilator sebelum atau bersama-sama
aerosol mukolitik
(2)
.
BRONKODILATOR
Bronkodilator indikasi utamanya adalah asma bronkial.
Pada bronkitis kronik, derajat reversibilitas obstruksi jalan napas
bervariasi, tetapi bronkodilator dapat digunakan untuk jangka
waktu pendek pada pasien dengan bising mengi, dengan
penyesuaian dosis yang berbeda dari satu pasien ke pasien
lainnya.
Bronkodilator dibagi 3 kelompok utama : simpatomimetik,
xantin dan antikolinergik. Xantin tidak digunakan dalam bentuk
aerosol.

SIMPATOMIMETIK
Simpatomimetik dapat dibagi dalam kelompok-kelompok
berdasarkan cara kerjanya : 1). Stimulan langsung alfa dan beta,
contoh epinefrin; 2). Stimulan tidak langsung terhadap reseptor
alfa dan beta, contoh efedrin; dan 3). Stimulan langsung reseptor
beta, contoh isoproterenol. Stimulan langsung reseptor alfa,
seperti fenilefrin tidak memperlihatkan efek bronkodilatasi.
Sekarang ini, obat-obat ini digolongkan dalam kerjanya
yang selektif terhadap reseptor beta-1(terutama di jantung) atau
beta-2 (di tempat lain, termasuk bronkus). Contoh tipe yang ke
dua, salbutamol, menimbulkan bronkodilatasi dengan efek kardiak
yang relatif kecil.

ANTIKOLINERGIK
Inhalasi ipratropium terbukti aman dan efektif sebagai bronko-
dilator pada pasien asma dan penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK). Ipratropium sedikit kurang efektif, tapi tidak berbeda
bermakna dibandingkan salbutamol pada pasien asma, dan lebih
efektif secara bermakna dibandingkan dengan salbutamol pada
pasien-pasien PPOK
(5)
. Penemuan ini konsisten dengan obser-
vasi bahwa pasien bronkitis cenderung lebih mudah terpengaruh
oleh aktifitas refleks vagal dibandingkan dengan pasien-pasien
asmatik.

NATRIUM KROMOGLIKAT
Bahan sintetik ini tak dapat digunakan sebagai bronkodila-
tor, tetapi bermanfaat sebagai usaha propilaktik untuk mengu-
rangi insiden dan beratnya serangan asma alergik; dan pada
banyak kasus dapat mengurangi dosis kortikosteroid dan bronko-
dilator yang diperlukan. Natrium kromoglikat tidak mempunyai
aktifitas bronkodilator, antihistamin atau anti inflamasi, dengan
demikian tidak berperanan dalam pengobatan serangan akut
asma.
Walaupun dilaporkan efek positif pada asma intrinsik maupun
ekstrinsik, lebih banyak laporan hasil baik pada asma ekstrinsik;
lebih meragukan lagi efek pada pasien dengan bronkitis kronik.
Natrium kromoglikat seringkali efektif dalam mengurangi atau
bahkan mencegah exercise-induced asthma, asma sebagai akibat
hiperventilasi volunter, dan asma yang diprovokasi oleh turun-
nya temperatur sekeliling.

KORTIKOSTEROID
Alasan penggunaan aerosol krotikosteroid adalah untuk
mendapatkan efek terapetik lokal tanpa efek samping yang bisa
terjadi pada pemakaian kortikosteroid sistemik jangka panjang
(2)
.
Kalau akan mengganti steroid oral ke inhalasi, dosis oral
harus diturunkan perlahan-lahan dalam jangka waktu beberapa
minggu.
Aerosol steroid dapat menyebabkan kandidiasis oral dan
faring yang biasanya dapai diatasi dengan amfoterisin B lokal,
dan untuk pencegahannya pasien dianjurkan berkumur-kumur
sesudah menggunakan aerosol steroid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar