Assalamualaikum.....

Terimakasih telah mengunjungi situs ini, semoga materi-materi yang terdapat di dalamnya dapat bermanfaat untuk kita semua....
Amin ya robbal alamin.....

Rio Cool

Rio Cool
Handsome Boy
Powered By Blogger

Minggu, 07 November 2010

Akep PASIEN DENGAN HALUSINASI

HALUSINASI

by Rio

Pengertian
Halusinasi adalah ketidakmampuan klien dalam mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus yang ada sesuai yang diterima oleh panca indra yang ada (Fortinash, 1995). Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada (Sheila L Videbeck, 2000).
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu perubahan dalam jumlah atau pola rangsang yang mendekat (baik yang dimulai secara eksternal maupun internal) disertai dengan respon yang berkurang dibesar-besarkan, distorsi atau kerusakan rangsang tertentu (Towsend, 1998). Dari keempat pengertian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa halusinasi adalah persepsi yang timbul tanpa stimulus eksternal serta tanpa melibatkan sumber dari luar yang meliputi semua system panca indra.
 
Faktor predisposisi dari halusinasi menuruut Stuart & Laraia (1998) adalah aspek biologis, psikologis, genetik, sosial dan biokimia. Dari predisposisi tersebut pada klien Ny. Y yang dominan adalah faktor sosial karena klien menikah dalam usia muda (belum siap fisik dan psikis)dan orang tua klien bercerai pada saat klien berusia 11 tahun dan faktor psikologis dimana klien mempunyai kepribadian tertutup. Jika tugas perkembangan terlambat atau hubungan interpersonal terganggu, maka individu akan mengalami stress atau kecemasan. Beberapa faktor  di masyarakat dapat membuat seseorang terisolasi dan kesepian sehingga menyebabkan kurangnya rangsangan dari eksternal. Stress yang menggangggu sistem metabolisme tubuh akan mengeluarkan suatu zat yang bersifat halusinogen.
Faktor presipitasi menurut Stuart & Sundeen (1998) adalah stresor sosial dimana stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadinya penurunan stabilitas, keluarga, perpisahan dari orang yang sangat penting atau diasingkan oleh kelomppok/masyarakat; faktor biokimia dapat meyebabkan partisipasi klien berinteraksi dengan kelompok kurang, suasana yang terisolasi (sepi) sehingga dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang mengeluarkan halusinogenik; faktor psikologis yang juga akan meningkatkan intensitas kecemasan yang berkepanjangan disertai terbatasnya kemampuan dalam memecahkan masalah mungkin akan mulai berkembangnya perubahan sensori persepsi klien, biasanya hal ini untuk pengembangan koping menghindari kenyataan yang tidak menyenangkan diganti dengan hayalan yang menyenangkan.
Masalah keperawatan yang menjadi penyebab (sebagai Triger) munculnya halusinasi adalah harga diri rendah dan isolasi sosial (Stuart & Laraia, 1998). Akibat rendah diri dan kurangnya keterampilan mengakibatkan sosial klien menjadi menarik diri dari lingkungan.selanjutnya klien akan lebih terfokus pada dirinya sendiri. Stimulus inernal akan menjadi lebih dominan daripada stimulus eksternal. Klien lama kelamaan akan kehilangan kemampuanmembedakan stimulus internal dengan stimulus eksternal. Ini memicu terjadinya halusinasi. Selain itu akibat lanjut dari kondisi rendah diri dan kuranngnya kemampuan klien berhubungan dengan orang lain yang membuat klien menarik diri dari lingkungan membuat klien mengalami penurunan motivasi karena ia merasa tidak mampu melakukan apapun sehingga akan memunculkan masalah kurangnya perawatan diri klien.
Masalah keperawatan rendah diri yang terjadi pada klien dapat didukung oleh koping keluarga tidak efektif: kurang pengetahuan, ketidakmampuan merawat klien dan bahkan menolak klien berada di rumahnya. Hal ini dapat membuat klien kurang mendapat penguatan terhadap kemampuan yang ia miliki sehinggga klien menganggap dirinya makin tidak berharga dan mengakibatkan keluarga kurang tepat dalam menanganni klien di rumah atau regimen therapeutik tidak efektif.
 
Menurut Towsend & Mary (1995), tanda dan gejala halusinasi adalah sebagai berikut:
1.      Berbicara, senyum dan tertawa sendirian.
2.      Mengatakan mendengar suara, melihat, menghirup, mengecap dan merasa sesuatu yang tidak nyata.
3.      Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
4.      Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan hal tidak nyata, serta tidak mampu melakukan asuhan keperawatan mandiri seperti mandi, sikat gigi, berganti pakaian dan berhias yang rapi.
5.      Sikap curiga, bermusuhan , menarik diri, sulit membuat keputusan, ketakutan, mudah tersinggung, jengkel , mudah marah, ekspresi wajah tegang, pembicaraan kacau dan tidak masuk akal, banyak keringat.
 
Dibawah ini beberapa tipe dari halusinasi (Cancro & Lehman, 2000):
1.      Halusinasi Pendengaran
Mendengar suara-suara, sering mendengar suara-suara orang berbicara atau membicarakannya, suara-suara tersebut biasanya familiar. Halusinasi ini paling sering dialami klien dibandingkan dengan halusinasi yang lain.
2.      Halusinasi Penglihatan
Melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada, seperti cahaya atau seseorang yang telah mati.
3.      Halusinasi Penciuman
Mencium bau-bau padahal di tempat tersebut tidak ada bau. Tipe ini sering ditemukan pada klien dengan dimensia seizure atau mengalami gangguan cerebrovaskuler.
4.      Halusinasi Sentuhan
Perasaan nyeri, nikmat atau tidak nyaman padahal stimulus itu tidak ada.
5.      Halusinasi Pengecapan
Termasuk rasa yang tidak hilang pada mulut, perasaan adanya rasa makanan dan berbagai zat lainnya yang dirasakan oleh indra pengecapan klien.
 
Proses terjadinya halusinasi (Stuart & Laraia, 1998) dibagi menjadi empat fase yang terdiri dari:
1.      Fase Pertama
Klien mengalami kecemasan, stress, perasaan terpisah dan kesepian, klien mungkin melamun, memfokuskan pikirannnya kedalam hal-hal menyenangkan untuk menghilangkan stress dan kecemasannya. Tapi hal ini bersifat sementara, jika kecemasan datang klien dapat mengontrol kesadaran dan mengenal pikirannya namun intesitas persepsi meningkat.
2.      Fase Kedua
Kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman internal dan eksternal, individu berada pada tingkat listening pada halusinasinya. Pikiran internal menjadi menonjol, gambarn suara dan sensori dan halusinasinya dapat berupa bisikan yang jelas. Klien membuat jarak antara dirinya dan halusinasinya dengan memproyeksikan seolah-olah halusinasi datang dari orang lain atau tempat lain.
3.      Fase Ketiga
Halusinasi lebih menonjol, menguasai dan mengontrol. Klien menjadi lebih terbiasa dan tidak berdaya dengan halusinasinya. Kadang halusinasinya tersebut memberi kesenangan dan rasa aman sementara.
4.      Fase Keempat
Klien merasa terpaku dan tidak berdaya melepaskan diri dari kontrol halusinasinya. Halusinasi sebelumnya menyenangkan berubah menjadi mengancam, memerintah, memarahi. Klien tidak dapat berhubungan dengan orang lain karena terlalu sibuk dengan halusinasinya. Klien hidup dalam dunia yang menakutkan yang berlangsung secara singkat atau bahkan selamanya.

Strategi Pelaksanaan (SP) Halusinasi

Pada Klien
SP I
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian

SP II
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP III
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan pasien di rumah)
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

SP IV
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

Pada Keluarga Klien
SP I
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3. Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi
SP II
1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan Halusinasi
2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien Halusinasi
SP III
1. Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah termasuk minum obat (discharge planning)
2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

Jumat, 16 April 2010

ANATOMI & FISIOLOGI PANKREAS

A.Anatomi dan Fisiologi Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama: menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti:
1.Insulin yang dihasilkan sel beta.
2.GHS yang dihasilkan sel epsilon.
3.GHIH yang dihasilkan sel delta.
Pankreas terletak di retroperiotoneal rongga abdomen bagian atas, dan terbentang horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjang sekitar 10-20 cm dan lebar 2,5-5 cm. mendapat pasokan darah dari arteri mensenterika superior dan splenikus.
Pankrea berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya sebagai organ endokrin didukung oleh pulau-pulau Langerhans. Pulau-pulau Langerhans terdiri tiga jenis sel yaitu; sel alpha yang menghasilkan glukoagon, sel beta yang menghasilkan insulin, dan sel deltha yang menghasilkan somatostatin namun fungsinya belum jelas diketahui.


Organ sasaran kedua hormon ini adalah hepar, otot dan jaringan lemak. Glukagon dan insulin memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Bahkan keseimbangan kadar gula darah sangat ,dipengaruhi oleh kedua hormon ini. Fungsi kedua hormon ini saling bertolak belakang.
Kalau secara umum, insulin menurunkan kadar gula darah sebaliknya untuk glukagon meningkatkan kadar gula darah. Perangsangan glukagon bila kadar gula darah rendah, dan asam amino darah meningkat. Efek glukoagon ini juga sama dengan efek kortisol, GH dan epinefrin.Dalam meningkatkan kadar gula darah, glukagon merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari yang bukan karbohidrat).
Dalam metabolisme lemak, glukagon meningkatkan lipolisis (pemecahan lemak).Dalam menurunkan kadar gula darah, insulin sebagai hormon anabolik terutama akan meningkatkan difusi glukosa melalui membran sel di jaringan. Efek anabolik penting lainnya dari hormon insulin adalah sebagai berikut:
a. Efek pada hepar
1) Meningkatkan sintesa dan penyimpanan glukosa
2) Menghambat glikogenolisis, glukoneogenesis dan ketogenesis
3) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas di hepar

b. Efek pada otot
1) Meningkatkan sintesis protein
2) Meningkatkan transportasi asam amino
3) Meningkatkan glikogenesisc.
Efek pada jaringan lemak :
1) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas
2) Meningkatkan penyimpanan trigliserida
3) Menurunkan lipolisis



B.Pankreas ( Sediaan Seksional )
Pankreas memiliki unsur eksokrin maupun endokrin yang menempati sebagian besar kelenjar. Pankreas eksokrin yang merupakan bagian terbesar dari kelenjar, terdiri atas asini serosa yang berhimpitan, tersusun dalam banyak lobulus kecil. Lobuli di kelilingi septa intra-dan interlobular, dengan pembuluh darah, duktus, saraf, dan kadang-kadang badan Pacini. Di dalam massa acini serosa, terdapat pulau langerhans yang terisolasi. Pulau ini adalah bagian endokrin pankreas dan merupakan ciri khas pankreas.
Sebuah asinos pankreas terdiri atas sel-sel zimogen penghasil protein berbentuk pyramid mengelilingi sebuah lumen sentral yang kecil. Duktus ekskretorius meluas ke dalam setiap asinus dan tampak sebagai sel sentroasinar yang terpulas pucat di dalam lumennya. Produk sekresi asini dikeluarkan melalui duktus interrkalaris ( intralobular ) yang sempit. Duktus ini memiliki lumen kecil dengan epitel kuboid rendah. Sel sentroasinar berlanjut sebagai epitel duktus interkalaris. Duktus interkalaris kemudian berlanjut sebagai duktus interlobular yang terdapat di dalam septa jaringan ikat yang terdapat diantara lobuli. Duktus interlobular dilapisi epitel selapis kuboid yang makin tinggi dan menjadi berlapis pada duktus yang lebih besar.
Pulau Langerhans adalah massa sel endokrin berbentuk bulat dengan berbagai ukuran, yang dipisahkan dari jaringan asini eksokrin disekelilingnya oleh selapis serat retikilar halus. Pulau Langerhan biasanya lebih besar dari asini dan tampak sebagai kelompok padat sel-sel epitelial yang ditembus oleh banyak kapilar.

C.Korelasi Fungsional ( Pankreas Eksokrin )
Fungsi pankreas dilaksanakan oleh populasi khusus. Karena pankreas adalah organ endokrin dan eksokrin, maka pankreas menghasilkan banyak enzim pencernaan dan hormon. Sekresi pankreas diatur oleh rangsangan hormonal maupun vagal ( vagus ).
Dua hormon intestinal, yaitu sekretin dan kolesistokinin yang disekresi oleh sel enteroendrokin ( APUD ) dari mukosa duodenum ke dalam aliran darah, mengatus sekresi pankreas. Pankreas menghasilkan cairan alkalis dan banyak enzim pencernaannya yang merombak protein, lemak, dan karbohidrat menjadi molekul-molekul lebih kecil agar diabsorpsi di usus halus.
Sebagai respons atas adanya chymus asam di usus halus ( duodenum ), sekretin merangsang sel pankreas mensekresi banyak cairan berair yang kaya ion Na-bikarbonat. Cairan ini, yang tidak atau sedikit mempunyai aktifitas enzimatik, dihasilkan terutama oleh sel-sel sentroasinar dan sel-sel yang melapisi dukttus interkalaris yang lebih halus. Fungsi cairan ini adalah untuk menetralkan chymus asam tadi dan menciptakan lingkungan optimal bagi aktifitas enzim pankreas.
Sebagai respons atas lemak dan protein di dalam usus halus, kolesistokinin merangsang sel-sel asinar di pankreas untuk menyekresi sejumlah besar enzim pencernaan. Enzim pancreas yang diproduksi sel-sel asinar memasuki duodenum dalam bentuk tidak aktif dan kemudian diaktifkan oleh sebuah hormon yang diskresi mukosa usus.

D.Pulau Langerhans
Sel-sel endokrin pulau tersusun berderet atau dalam kelompok kecil, dan diantaranya terdapat serat-serat jaringan ikat halus dan anyaman kapilar luas. Simpai jaringan ikat tipis memisahkan pankreas endokrin dari asini serosaeksokrin yang terpulas gelap. Di dalam beberapa asini serosa terlihat sel-sel sentroasinar pucat. Sel-sel ini merupakan bagian sistem duktus yang menghantar keluar produk sekresi asini ke dalam duktus interkalaris tidak ada sel mioepitel yang mengelilingi asini sekresi pada pankreas.
Pulau Langerhans mengandung beberapa sel penghasil-hormon namun pada sediaan histologi rutin, tiap-tiap jenis selnya tidak dapat dikenali.

E.Pulau Langerhans ( sediaan khusus )
Pulau Langerhans ini untuk membedakan sel alfa penghasil- glukagon dari sel beta penghasil insulin. Umumnya sel alfa teletak ditepi pulau dan sel beta dibagian lebih dalam atau lebih di pusat pulau.
Sel beta juga lebih banyak kira-kira 70% dari massanya. Sel delta ( tidak tampak ) juga terdapat pada pulau. Sel ini paling sedikit, dengan bentuk bervariasi, dan mungkin terdapat pada bagian mana saja dari pulau pankreas.
Kapiler disekitar sel-sel indokrin yang berbeda, menandakan pulau Langerhans ini kaya vaskularisasi. Sel-sel pulau dipisahkan dari asini serosa oleh simpai jaringan ikat tipis. Sel Sentroasinar tampak jelas pada beberapa asini disekitarnya.

F.Korelasi Fungsional-Endokrin Pankreas
Pankreas menghasilkan dua hormon utama yang terutama mempengaruhi kadar gula darah serta metabolismenya. Sel Alfa pulau Langerhans menghasilkan hormon glukagon yang dibebaskan sebagai respons atas kadar glukosa darah yang rendah. Fungsi fisiologis utama Glukagon adalah meningkatkan kadar glukosa darah. Fungsi ini tercapai dengan mengonversi glikogen, asam amino, dan asam lemak dihati menjadi glukosa ; konversi ini meningkatkan kadar glukosa darah.
Sel Beta pulau Langerhans menghasilkan hormon insulin yang pembebasannya dirangsang oleh meningkatnya kadar glukosa darah setelah makan. Fungsi fisiologis utama insulin adalah menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan transport membran glukosa kedalam sel-sel hati, otot, dan sel lemak. Insulin juga meningkatkan konversi glukosa menjadi glikogen didalam hati. Efek insulin terhadap kadar glukosa darah berlawanan dengan glukagon.
Sel Delta menyekresi hormone somatostasin. Sel ini menurunkan dan menghambat aktifitas sekresi sel alfa ( penghasil glukagon ) maupun sel beta ( penghasil insulin ) melalui pengaruh lokal didalam pulang Langerhans. Fungsi sel F sampai hari ini belum banyak diketahui.

G.Bagian Endokrin ( Pulau Lagerhans ) dan Eksokrin
Pulau Pankreas ( Lagerhans ) yaitu bagian Endokrin. Sebuah simpai jaringan ikat tipis mengelingi pulau Langerhans dan memisahkannya dari sel-sel pancreas lain. Pulau Langerhans sangat vaskular dengan banyak pembuluh darah dan vaskuler.
Bagian eksokrin, yang merupakan bagian terbesar Pankreas, adalah kelenjar tubuloasinar kompleks. Setiap asinus sekresi eksokrin terdiri atas kelompok sel berbentuk piramid, tersusun mengelilingi lumen kecil. Dipusat kebanyakan asini sekretoris terlihat satu atau lebih sel sentroasinar.
Sel-sel ini adalah sel pelapis terminal sistem duktus ekskretorius. Duktus Ekskrotorius terkecil didalam pankreas adalah duktus interkalaris yang dilapisi epitel selapis kuboit.


KEPUSTAKAAN

___Murray, Robert K et al. 2003. Biokimia Harper, E/25. Jakarta: EGC.
___Guyton, Arthur C dan John E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, E/11. Jakarta: EGC.
___Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran: Dari Sel Ke Sistem, E/2. Jakarta: EGC.
Wikipedia Bahasa Indonesia. Pankreas.
Wikipedia Bahasa Indonesia. Insulin.
Wikipedia Bahasa Indonesia. Glukagon.
Klik Dokter. Pankreas.
Blog Dokter Cantik. Fisiologi Pankreas.

RADIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

A.PENELANAN BARIUM

1.Pengertian
Penelaan barium memungkinkan dokter memeriksa saluran pencernaan bagian atas. Pada saat dilakukan tes ini, penderita minum cairan kental dan campuran encer barium sulfat, minuman berkapur dengan konsistensi ( tetapi tidak bertepung ) seperti susu kocok. Barium dapat tampak pada penyinaran dengan sinar-X pada saat mengalir di saluran pencernaan.

2.Fungsi
Tes ini pada umumnya dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan serial saluran pencernaan. Ini biasanya dilakukan kalau penderita mempunyai riwayat kesulitan menelan atau muntah.

3.Indikasi
Penelanan barium mungkin dilakukan karena beberapa alasan berikut :
Untuk mendiagnose hernia hiatal, yaitu kondisi dimana lambung naik ke atas dan masuk ke dalam kerongkongan atau diluarnya.
Untuk mendiagnosa adanya kantong yang dinamakan divertikula, yang bisa terbentuk pada saluran pencernaan bagian atas.
Untuk mendiagnosa varises esophagus, yaitu pelebaran vena yang abnormal.
Untuk menditeksi penyempitan pada saluran pencernaan bagian atas.
Untuk mengidentifikasi ulcer, dan polip.

4.Cara Kerja
Setelah punggung ditahan dengan tali pengaman pada meja penyinaran, meja penyinaran ditegakkan sampai posisi anda tegak. Kemudian jantung paru, dan perut anda diperiksa.
Kemudian, anda minum cairan barium yang kental, dan dilakukan penyinaran dengan sinar-X pada saat campuran barium bergerak melalui tenggorokan, yaitu bagian teratas dari sistem pencernaan anda.
Kemudian anda diberitahu untuk menelan beberapa kali campuran barium yang encer. Ini adalah bagian untuk mengetes kerongkongan anda, yang letaknya tepat dibawah kerongkongan. Pada saat tersebut anda mungkin diberitahu untuk menelan “ manisan barium “ ( sepotong roti putih yang direndam dalam barium ).
Selama tes berlangsung, anda tetap berada diatas meja penyinaran, yang akan dimiringkan sehingga setiap gerakan aliran barium melalui kerongkongan anda dapat dilihat.
Selanjutnya, anda menelan beberapa kali lagi barium lebih banyak sambil kerongkongan anda diperiksa dan di sinar-X.Setelah meja bergerak sampai posisi horisontal, anda menelan barium sedikit lagi dan sinar-X.
Setelah barium ditelan, barium akan mengalir pada dasar lidah menuju tenggorokan. Ini digerakkan oleh gerakan pencernaan yang normal ( yang disebut peristaltik ) melalui seluruh panjang kerongkongan dalam waktu sekitar 2 detik. Kalau barium sudah sampai pada dasar kerongkongan, spingter membuka dan barium akan masuk pada lambung. Setelah barium melewati, spingter menutup. Normalnya, barium akan mengisi tenggorokan dan kerongkongan dengan rata, dan dindingnya terlihat halus dan teratur.

5.Apa yang terjadi setelah tes????

a.Anda bias kembali ke diet normal anada. Akan tetapi, karena sebelumnya anda menelan barium, maka feses anda akan berwarna seperti kapur dan warnanya lebih terang selama 1 sampai 3 hari.
b.Jika selama 2 sampai 3 hari tidak ada pergerakkan usus, beritahukan kepada dokter.

6.Kontraindikasi
Penelanan barium tidak boleh dilakukan pada setiap penderita yang mengalami penyumbatan usus.


B.PEMERIKSAAN SERIAL SALURAN PENCERNAAN ATAS DAN USUS HALUS

1.Pengertian
Tes ini untuk memeriksa saluran pencernaan bagian atas dan tengah ( kerongkongan, lambung, dan usus kecil ). Ini memerlukan pencernaan barium sulfat, minuman berkapur ( tetapi bukan tepung ) dengan konsistensi seperti susu kocok. Barium yang berjalan pada saluran pencernaan dapat tampak pada penyinaran sinar-X.

2.Indikasi
Tes ini dilakukan kalau penderita mempunyai :
Gejala-gejala saluran pencernaan atas, seperti kesulitan menelan, muntah atau rasa terbakar atau rasa perih pada pusat lambung.
Tanda-tanda penyakit usus kecil, seperti diare dan penurunan berat badan yang tidak dapat diterangkan.
Tanda-tanda perdarahan pada saluran pencernaan, seperti muntah darah atau faeses berwarna gelap atau berwarna hitam.


3.Fungsi
Pemeriksaan serial saluran pencernaan bagian atas dan usus halus mungkin dilakukan karena beberapa alasan berikut:
Untuk mendiagnosa hernia hiatal, yaitu keadaan dimana lambung naik ke atas masuk ke kerongkongan atau di luar kerongkongan.
Untuk mendiagnosa divertikula, yaitu adanya kantong-kantong pada saluran pencernaan atas.
Untuk mendiagnosa varices esophagus, yaitu pelebaran vena yang abnormal.
Untuk membantu mendeteksi penyempitan pada saluran pencernaan atas.
Untuk membantu mendiagnosa tukak, tumor, enteritis lokal dan sindroma malabsorbsi.
Untuk membantu mendeteksi gangguan motilitas.

4.Cara Kerja
Setelah anda berbaring pada meja penyinaran dan tali pengaman pada punggung dipasang, meja tersebut dimiringkan sampai posisi anda tegak. Kemudian jantung, paru dan perut anda diperiksa.
Anda diberi tahu untuk menelan barium beberapa kali dan jalannya barium melalui kerongkongan di oservasi.Kemudian disinar-X dari beberapa sudut.
Kalau barium sudah memasuki lambung, dokter atau asisten akan menekan perut anda ke dalam agar barium dapat melapisi lambung dengan baik.
Anda diberitahu untuk menghisap barium dengan memakai sedotan. Dengan demikian, udara yang masuk pada lambung anda akan sedikit. Ini akan memungkinkan pemeriksaan yang detail dan penyinaran pada lipatan lambung anda. Selanjutnya, anda minum barium yang tersisa sambil dokter memeriksa pengisian barium pada lambung dan pengosongannya menuju usus dua belas jari, yaitu bagian pertama dari usus halus.
Ada dua serial penyinaran sinar-X pada lambung dan usus dua belas jari dari sudut yang berbeda-beda.
Jalannya barium menuju usus halus selanjutnya diobservasi dan disinar-X setiap interval 30 sampai 60 menit.
5.Apa yang terjadi sesudahnya
Anda akan mendapat enema atau pencahar.
Warna faeses anda akn menjadi lebih muda selama 1 smpai 3 hari. Akan tetapi jika selama 2 sampai 3 hari tidak ada pergerakkan usus, beritahukan pada dokter.

6.Kontraindikasi
Pemeriksaan serial saluran pencernaan atas dan usus halus tidak boleh dilakukan jika penderita mempunyai sumbatan atau robekan pada saluran pencernaannya. Barium akan memperparah penyumbatan atau meresap ke dalam rongga perut.

7.Apa yang dimaksud dengan hasil yang normal????
Setelah barium ditelan, ini akan mengalir pada dasar lidah menuju tenggorokan. Ini digerakkan oleh kontraksi saluran pencernaan ( yang disebut peristaltik ) melalui seluruh panjang kerongkongan dalam waktu sekitar 2 detik. Kalau sudah mencapai dasar kerongkongan, spingter akan membuka dan barium masuk ke dalam lambung. Setelah barium lewat, spingter menutup kembali. Normalnya, barium akan mengisi tenggorokan dan kerongkongan dengan rata, dan lapisan dindingnya tampak halus dan teratur.
Barium masuk lambung, ini akan menunjukkan karakteristik lipatan-lipatan yang disebut rugae. Kalau lambung sudah terisi sepenuhnya dengan barium, kontur lapisan terluar akan tampak halus dan teratur tanpa adanya pendataran yaitu daerah yang kaku ( rigid ).
Setelah barium masuk lambung, ini akan cepat dikosongkan untuk menuju usus dua belas jari dan menampakkan lipatan-lipatan sirkuler. Lipatan ini dalam dan menjadi semakin banyak pada bagian usus halus selanjutnya yaitu jejunum. Kadang-kadang barium tersangkut diantara lipatan-lipatan tersebut, sehingga akan tampak gambaran sinar – X bintik bintik. Kalau barium sudah memasuki ileum, lipatan lipatan silkuler berkurang, kecuali ada pelebaran yang mirip dengan usus dua belas jari. Penyinaran sinar-X ini juga menunjukan diameter usus halus dari usus dua belas jari sampai ileum mengecil secara bertahap.


8.Apa yang dimaksud dengan hasil yang tidak normal ????
Sinar-X pada kerongkongan dapat menampakan struktur, tumor, hernia hiatal,divertikula,varises dan tukak. Sruktur jinak biasanya akan melebarkan kerongkongan, sedang yang ganas akan menyebabkan perubahan yang erosit. Tumor akan menyebabkan defek pengisian barium, tetapi hanya tumor yang ganas saja yang mengubah kontur mukosa. Akan tetapi, untuk diagnosa definitive, tumor dan struktur diperlukan tindakan biopsi.
Gangguan motilitas, seperti spasme kerongkongan, biasanya sulit dideteksi karena spasma tidak menentu dan sementara. Tes lain yang disebut manometri, pada umumnya dilakukan untuk mendeteksi gangguan ini.
Sinar-X pada lambung bisa menampakan tumor dan tukak lambung. Tumor ganas menampakan defek pengisian pada sinar-X dan biasanya mengacaukan peristaltik. Tumor jinak menampakan pengantongan pada mukosa lambung dan pada umumnya tidak mempengaruhi peristaltik. Tukak paling banyak timbul pada lambung dan usus dua belas jari, oleh karena itu kedua area itu diperiksa bersama. Tukak yang jinak biasanya menunjukan ada bekas penyembuhan sebagian atau seluruhnya dan pada radiasi tampak karakteristik gambaan lipatan yang menyebar dari tepi cekungan tukak. Tukak yang ganas biasanya berkaitan dengan adanya dugaan masa, biasanya pada radiasi menampakan adanya lipatan lipatan yang menyebar dari tepi cekungan tukak menuju masa tersebut. Akan tetapi, untuk diagnosa pasti dari tukak dan tumor diperlukan biopsi.
Sinar-X pada usus halus bisa menampakkan enteritis regional, sindroma malabsorbsi dan tumor.

C.BARIUM ENEMA

1.Pengertian
Tes yang disebut juga pemeriksaan saluran pencernaan bawah ini merupakan pemeriksaan dengan sinar-X pada usus besar. Ini dilakukan pada penderita yang mempunyai riwayat yang mempunyai riwayat adanya perubahan kebiasaan buang air besar, nyeri pada perut bawah, atau adanya darah, lendir atau nanah pada faeses.
Pada tekhnik kontras tunggal, barium sulfat dimasukkan pada rektum. Pada teknik kontras ganda, barium sulfat dan dan udara dimasukkan dalam rektum. Teknik kontras tunggal menampakkan gambaran usus besar dari samping. Sedangkan teknik kontras ganda menampakkan gambaran usus besar dari depan dan samping. Teknik yang terakhir merupakan teknik yang terbaik merupakan tekhnik yang terbaik untuk mendeteksi tumor yang kecil ( khususnya polip ), penyakit keradangan dini, dan pendarahan kecil yang disebabkan oleh tukak.

2.Cara Kerja
Anda diaringkan terlentang pada meja penyinaran yang dapat dimiringkan dan sinar-X pada perut anda.
Anda dibantu untuk melakukan posisi yang berbeda-beda, dan selang yang sudah diberi pelicin dimasukkan dalam anus anda.
Dokter atau asisten akan memasukkan barium enema perlahan-lahan melalui selang, dan proses pengisiannya di monitor. Untuk membantu pengisian, meja mungkin akan dimiringkan, atau anda dibantu untuk mengubah posisi anda.
Aliran barium diobservasi, di sinar-X untuk melihat temuan-temuan yang signifikan. Pada saat barium mengisi usus, dilakukan sinar-X pada perut. Kemudian selang rektal dilepas. Anda diantar ke kamar mandi atau dibaringkan pada tempat tidur khusus dan diberitahu untuk BAB barium sebanyak mungkin.
Setelah itu, dilakukan penyinaran sinar-X tambahan.
Teknik barium enema bisa langsung dilakukan setelah tes pemeriksaan tersebut atau dilakukan terpisah. Jika dilakukan segera, barium dibiarkan tetap di usus anda, melapisi mukosa, dan dengan hati-hati dimasukkan udara untuk menegangkan lumen usus.
Pada tekhnik kontras tunggal, barium sulfat dimasukkan pada rektum. Pada teknik kontras ganda, barium sulfat dan dan udara dimasukkan dalam rektum. Teknik kontras tunggal menampakkan gambaran usus besar dari samping. Sedangkan teknik kontras ganda menampakkan gambaran usus besar dari depan dan samping. Teknik yang terakhir merupakan teknik yang terbaik merupakan tekhnik yang terbaik untuk mendeteksi tumor yang kecil ( khususnya polip ), penyakit keradangan dini, dan pendarahan kecil yang disebabkan oleh tukak.

3.Fungsi
Untuk mengurangi kebiasaan buang air besar, nyeri pada perut bawah, atau adanya darah, lendir atau nanah pada faeses

4.Apa yang terjadi setelah tes
Anda perlu minum cairan ekstra karena persiapan usus dan tes itu sendiri dapat menyebabkan dehidrasi.
Anda harus istirahat. Tes ini dan persiapan khusus hampir selalu membuat penderita kelelahan.
Anda akan mendapatkan enema pembersih untuk mengeluarkan barium yang masih berada dalam usus. Selama 24 – 72 jam faeses anda akan berwarna terang.

5.Kontraindikasi
Barium enema tidak boleh dilakukan jika penderita mempunyai denyut jantung yang cepat, colitis ulseratif berat, megacolon toksik, atau diduga ada perforasi usus.
Tes ini harus dilakukan dengan hati-hati jika penderita mempunyai penyumbatan pada usus, colitis ulseratif,divertikulitis atau diare berdarah yang berat.
Tes ini dapat menyebabkan komplikasi, seerti perforasi usus besar, intosikasi air, dan granuloma barium.

6.Apa yang dimaksud dengan hasil yang tidak normal????
Pada enema kontras tunggal, usus terisi barium dengan rata dan penanda usus besar terlihat jelas. Dinding usus kolaps pada saat barium bergerak, dan lapisan dinding usus mempunyai gambaran yang rata, berburu pada sinar-X.
Pada enema kontras ganda, usus membesar rata karena ada udara dan mempunyai lapisan tipis barium yang memberikan detail pola mukosa yang bagus. Pada saat penderita dibantu untuk mengubah posisi, barium akan terkumpul pada dinding usus tergantung pada gravitasi.

7.Apa yang dimaksud dengan hasil yang abnormal????
Hampir semua kanker usus besar terjadi pada daerah rektosigmoid dan paling baik dideteksi dengan tes lain yang disebut proctosigmoidoskopi.Akan tetapi, tes barium enema ini dapat menampakkan kanker yang letaknya pada usus besar yang lebih tinggi.
Sinar-X juga akan menunjukkan dan menggambarkan penyakit keradangan yang luas, seperti divertikulitis dan colitis ulseratif. Kolitis ulseratif biasanya berasal dari daerah anus dan naik melalui usus.
Film sinar-X juga menampakkan polip, perubahan struktur pada usus ( seperti masuknya bagian usus yang satu ke bagian usus yang lain), gastroenteritis, kolon iritabel, dan beberpa kasus appendicitis acut.


D.SINAR-X PADA USUS DUA BELAS JARI

1.Pengertian
Pemeriksaan sinar-X pada usus dua belas jari yaitu bagian dari usus halus,dinamakan duodenografi. Ini dilakukan setelah barium sulfat dan udara dimasukkan ke dalam usus melalui keteter.
Tes ini dilakukan untuk penderita yang mempunyai gejala-gejala duodenal atau penyakit pancreas, seperti nyeri perut atas persisten. Akan tetapi, ini memerlukan tes-tes penunjang lain untuk konfirmasi diagnosa.

2.Fungsi
Duodenografi hipotonik mungkin dilakukan karena beberapa alasan berikut ini:
Untuk mendeteksi lesi duodenal yang kecil dan kanker pancreas.
Untuk membantu mendiagnosa pankreatitis kronik.

3.Indikasi
Dilakukan pada pasien-pasien yang mengalami penyakit pancreas dan duodenum.

4.Apa yang terjadi selams tes????
Sambil anda duduk, kateter dimasukkan melalui hidung anda melalui lambung. Kemudian anda dibaringkan pada meja penyinaran, dan kateter dimasukkan terus sampai usus dua belas jari.
Obat glukagon mungkin diberikan melaui vena lengan. Atau obat anti kolinergic diinjeksikan keotot.
Barium dimasukkan melalui kateter, dan dilakukan penyinran pada usus dua belas jari. Beberapa barium kemudian dikeluarkan dan udara dimasukkan. Kemudian dilakukan penyinaran lagi.
Kalau film yang diperlukan sudah didapatkan, kateter dilepas

5.Apa yang terjadi setelah tes????
Jika diberikan obata anati kolinergic, anda perlu buang air kecil dalam waktu beberapa jam setelah tes. Jika anda sendirian, anda perlu beristirahat diruang tunggu sampai pandangan mata anda jelas ( kira-kira dalam waktu 2 jam )
Anda akan bersendawa udara yang dimasukkan atau mengeluarkan gas. Karena barium, maka faeses anda akan berwarna terang seperti kapur selama 24 jam- 72 jam.

6.Kontraindikasi
Obat anti kolinergic tidak boleh dilakukan pada siapapun dengan penyakit jantung yang berat atau glaucoma
Glucagon tidak boleh diberikan kepada siapapun yang menderita diabetes berat
Penderita dengan struktur pada saluran pencernaan atas tidak boleh menjalani prosedur ini.
Orang tua atau penderita dengan kondisi sakit bisa muntah karena tes ini atau merasakan nyeri di ulu hati.


E.SINAR-X PADA KANDUNG EMPEDU

1.Pengertian
Tes yang dilakukan oleh dokter disebut chloecystography oral ini merupakan tes dengan sinar-X untuk memeriksa kandung empedu setelah minum pil yang mengandung cairan kontras khusus

2.Fungsi
Tes ini dilakukan pada penderita yang mempunyai gejala-gejala penyakit kandung empedu seperti nyeri pada perut kanan atas, intoleransi lemak, dan penyakit kuning.

3.Indikasi
Sinar- X pada kandung empedu mungkin dilakukan karena beberapa alasan berikut ini :
Untuk menditeksi batu empedu
Untuk membantu mendiagnosa penyakit keradangan dan tumor pada kandung empedu

4.Cara Kerja
Anda di baringkan pada meja penyinaran, dan dokter melakukan penyinaran pada perut anda.
Anda merubah posisi anda dan dilakukan penyinaran tambahan
Anda kemudian diberi perangsang lemak, seperti makanan tinggi lemak atau bahan yang mengandung lemak sintetis. Dokter akan mengobservasi pengosongan kandung empedu anda dilakukan penyinaran sinar-X setiap 15-30 menit. Jika pengosongan kandung empedu pelan atau tidak terjadi sama sekali, dilakukan penyinaran pada saat 60 menit.

5.Apa yang terjadi setelah tes
Jika hasilnya normal, anda dapat kembali kediet biasa. Jika hasilnay tidak normal, anda perlu makan diet rendah lemak sampai dibuat diagnosa definitif.
Jika ditemukan batu empedu, anda perlu makan diet yang sesuai, biasanya diet membatasi lemak untuk mencegah terjadinya serangan.

6.Kontraindikasi
Tes ini tidak boleh dilakukan pada penderita yang mempunyai penyakit ginjal atau hati yang berat atau alergi terhadap yodium, kerang-kerangan, atau cairan kontras yang digunakan terhadap tes diagnostik lainnya.

7.Apakah yang dimaksud dengan hasil yang normal????
Normalnya kandung empedu akan berbentuk seperti buah pir dengan dinding yang halus dan tipis. Walaupun ukurannya bisa bervariasi, struktur dasarnya yaitu leher, infundibulum, badan dan fundus akan tampak jelas pada gambaran sinar-X.

8.Apakah yang dimaksud dengan hasil yang abnormal????
Tes ini dapat mendeteksi batu empedu, adanya kolesterol, polip, dan tumor jinak. Ini juga dapat menunjukkan adanya penyakit keradangan seperti kolesistisis, dengan atau tanpa pembentukkan batu empedu.
Kalau kandung empedu gagal berkontraksi setelah konsumsi makanan yang berlemak, ini menunjukkan adanya kolesistisis atau penyumbatan saluran empedu. Jika hasil sinar-X tidak mendukung, tes akan diulang di kemudian hari.


F.PEMERIKSAAN SALURAN EMPEDU

1.Pengertian
Tes yang dilakukan dokter disebut cholangiography transhepatic percutaneus ini, memungkinkan dokter untuk memeriksa saluran empedu ( saluran yang membawa empedu melalui hati ke system pencernaan ). Ini memerlukan penyuntikan cairan kontras langsung ke dalam saluran.

2.Fungsi
Tes ini biasanya digunakan untuk evaluasi penderita dengan nyeri perut atas persisten setelah pengambilan kandunngg empedu dan untuk evaluasi penderita dengan penyakit kuning yang parah.

3.Indikasi
Cholangiography transhepatic percutaneus mungkin dilakukan karena alas an-alasan berikut ini :
Untuk menentukan penyebab nyeri perut atas setelah pengambilan kandung empedu
Untuk menentukan apakah penyakit kuning yang diderita karena penyakit obstruksi atau non obstruksi.
Untuk menentukan lokasi, luas dan pada beberapa kasus, penyebab dari penyumbatan kandung empedu.

4.Cara Kerja
Anda dibaringkan terlentang pada meja penyinaran dan dipasang alat pengaman. Kemudian anda disuntik ddengan anestesi lokal.
Pada saat anda menahan nafas dan saat ekspirasi akhir, dokter memasukkan jarum pemandu ke hati dan perlahan-lahan menariknya saat dilakukan injeksi cairan kontras.
Dengan menggunakan fluoroskop dan alat monitor, dokter memeriksa opacifikasi saluran empedu dan melakukan penyinaran sambil anda dibantu untuk melakukan posisi yang berlainan. Kalau gambaran sinar-X yang diperlakukan sudah didapatkan, jarum dilepas.
Perawat akan memasang perban pada tempat tusukan.

5.Apa yang terjadi setelah tes????
Perawat akan mencek kondisi anda secara teratur
Anda harus tirah baring selama sedikitnya 6 jam setelah tes, lebih dianjurkan untuk berbaring miring ke sisi kanan. Ini akan membantu mencegah perdarahan.
Anda bisa kembali ke diet normal.

6.Kontraindikasi
Tes ini tidak boleh dilakukan pada penderita dengan kolangitis, asites masif, dan gangguan pembekuan darah yang tidak dapat dikoreksi atau alergi terhadap yodium.
Ini membawa resiko potensial terjadi perdarahan, septisemia, peritonitis empedu dan kebocoran cairan kontras pada rongga peritoneal.

7.Apa yang dimaksud dengan hasil yang normal????
Diameter saluran empedu harus normal dan tampak sebagai saluran yang regular terisi cairan kontras dengan rata.

8.Apa yang dimaksud dengan hasil yang abnormal????
Membedakan antara penyakit kuning obstruksi atau nonobstruksi tergantung apakah saluran empedu melebar ukurannya normal saja. Kuning obstruktif berkaitan dengan saluran yang melebar. Pada kuning yang nonobstruktif ukuran saluran empedu normal. Sumbatan mungkin disebabkan oleh batu empedu, kanker kandung empedu atau kanker pankreas.

G.ANGIOGRAFI PEMBULUH DARAH PERUT

1.Pengertian
Tes yang oleh dokter disebut anteriografi mesenteric dan celiac ini merupakan tes dengn sinar-X untuk memeriksa pembuluh darah perut setelah disuntik dengn cairan kontras khusus. Injeksi cairan kontras pada satu atau lebih arteri akan memberikan gambaran pembuluh darah perut. Injeksi pada cabang arteri khusus yang di namakan angiografi super selektif, memungkinkan pemeriksaan yang detail pada sebagian area.

2.Fungsi
Tes ini dilakukan untuk mengetahui sumber pendarahan gastrointestinal atau pemeriksaan barium, scanning ultrasonic, dan pemeriksaan nuklir atau tomografi terkomputer (CAT) scan menunjukan hasil yang tidak sesuai pada evaluasi kanker.
Ini juga digunakan untuk mengevaluasi sirosis dan hipertensi portal, untuk menemukan kerusakan pembuluh darah setelah terjadi trauma perut, dan untuk mendeteksi problem pembuluh darah.

3.Indikasi
Angiografi pada pembuluh darah perut mungkin dilakukan karena beberapa alas an berikut :
Untuk mengetahui letak sumber pendarahan gastrointestinal
Untuk membantu menentukan tumor jinak atau ganas
Untuk mengevaluasi sirosis dan hipertensi portal
Untuk mengevaluasi kerusakan pembuluh darah setelah terjadi trauma perut
Untuk mendeteksi kelainan-kelainan pada pembuluh darah lainya.

4.Cara Kerja
Anda berbaring terlentang pada meja penyinaran, dan perawat memasang infuse intravena
Perut anda disinar-X,dan denyut nadi anda dicek
Perawat membersihkan area injeksi dan mencukurnya
Dokter menginjeksikan obat anestesi local dan mencari letak arteri femoralis. Kemudian dokter memasukkan jarum dan memasukkan kateter menuju aorta, yaitu pembuluh darah yang terbesar
Selanjutnya, dokter menginjeksikan cairan kontras dan melakukan penyinaran sinar-X serial. Setelah injeksi pada satu atau lebih arteri besar, mungkin dapat dilakukan kateterisasi super selektif.
5.Kontraindikasi
Pada tes ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang terkena emboli.


KEPUSTAKAAN

_____Scanlon,Valerie C dan Sanders Tina.,2006.,BUKU AJAR ANATOMI & FISIOLOGI.,Jakarta :EGC.

_____Smeltzer,Suzanne C dan Bare Brenda G.,2001.,BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.,Jakarta : EGC.

GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN Pada Neonatus dan Bayi Palatoskisis

A.Pengertian
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L. 2003). Istilah medis yang sering digunakan, Palatoschisis : palato berarti langit-langit dan schisis berarti celah.

B.Etiologi
Menurut smith dan Johnson, celah bibie terjadi pada 1 : 1000 kelahiran pada orang kulit putih sedangkan pada orang kulit hitam 1 : 788 kelahiran. Di Jerman bagian selatan dan Denmark terjadi pada 1 : 600-700 kelahiran.
Fogh anderson menemukan bahwa di Denmark terdapat 20% celah bibir dan langit-langit serta 25% hanya celah langit-langit. Selain itu celah wajah lebih banyak pada laki-laki (63%) daipada wanita (37%). Juga dikatakan bahwa terjadinya celah pada wajah sebelah kiri lebih sering daripada celah pada wajah sebelah kanan. Secara garis besar, faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya celah bibir dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :

1.Herediter
Brophy (1971) beberapa kasus anggota keluarga yang mempunyai kelainan wajah dan palatal yang terdapat pada beberapa generasi. Kelainan ini tidak selalu serupa, tetapi bervariasi antara celah bibir Unilateral dan Bilateral.
Pada beberapa contoh, tampaknya mengikuti Hukum Mendel dan pada kasus lainnya distribusi kelainan itu tidak beraturan. Schroder mengatakan bahwa 75% dari factor keturunan yang menimbulkan celah bibir adalah resesif dan hanya 25% bersifat dominan. Patten mengatakan bahwa pola penurunan herediter adalah sebagai berikut :

a.Mutasi gen
1)Ditemukan sejumlah sindroma/gejala menurut hukum Mendel secara tosomal,dominant,resesif dan X-Linked.
2)Pada otosomal dominan, orang tua yang mempunyai kelainan ini menghasilkan anak dengan kelainan yang sama.
3)Pada otosomal resesif adalah kedua orang tua normal tetapi sebagai pembawa gen abnormal
4)X-Linked adalah wanita dengan gen abnormal tidak menunjukan tanda-tanda kelainan sedangkan pada pria dengan gen abnormal menunjukan kelainan ini.

b.Faktor usia ibu
Dengan bertambahnya usia ibu sewaktu hamil, maka bertambah pula resiko dari ketidaksempurnaan pembelahan meiosis yang akan menyebabkan bayi dengan kehamilan trisomi. Wanita dilahirkan dengan kira-kira 400.000 gamet dan tidak memproduksi gamet-gamet baru selama hidupnya. Jika seorang wanita umur 35tahun maka sel-sel telurnya juga berusia 35 tahun. Resiko mengandung anak dengan cacat bawaan tidak bertambah besar sesuai dengan bertambahnya usia ibu.

c.Obat-obatan
Obat yang digunakan selama kehamilan terutama untuk mengobati penyakit ibu, tetapi hamper selalu janin yang tumbuh akan menjadi penerima obat. Penggunaan asetosal atau aspirin sebagai obat analgetik pada masa kehamilan trimeseter pertama dapat menyebabkan terjadinya celah bibir Beberapa obat yang tidak boleh dikonsumsi [rifampisin, fenasetin, sulfonamide, aminoglikosid, indometasin, asam flufetamat, ibu profen dan penisilamin, diazepam, kortikosteroid. Beberapa obat antihistamin yang digunakan sebagai antiemetik selama kehamilan dapat menyebabkan terjadinya celah langit-langit Obat-obat antineoplastik terbukti menyebabkan cacat ini pada binatang.

d.Nutrisi
Insidensi kasus celah bibir dan celah langit-langit lebih tinggi pada masyarakat golongan ekonomi kebawah penyebabnya diduga adalah kekurangan nutrisi.

e.Daya pembentukan embrio menurun
Celah bibir sering ditemukan pada anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang mempunyai anak banyak.

f.Penyakit infeksi
Penyakit sifilis dan virus rubella dapat menyebabkan terjadinya cleft lips dan cleft palate.

g.Radiasi
Efek teratogenik sinar pengion telah diakui dan diketahui dapat mengakibatkan timbulnya celah bibir dan celah langit-langit Efek genetic yaitu yang mengenai alat reproduksi yang akibatnya diturunkan pada generasi selanjutnya, dapat terjadi bila dosis penyinaran tidak menyebabkan kemandulan Efek genetic tidak mengenal ambang dosis
h.Stress Emosional
1)Korteks adrenal menghasilkan hidrokortison yang berlebih.
2)Pada binatang percobaan telah terbukti bahwa pemberian hidrokortison yang meningkat pada keadaan hamil menyebabkan cleft lips dan cleft palate.

i.Trauma
Celah bibir bukan hanya menyebabkan gangguan estetika wajah, tetapi juga dapat menyebabkan kesukaran dalam berbicara, menelan, pendengaran dan gangguan psikologis penderita beserta orang tuanya Permasalahan terutama terletak pada pemberian minum, pengawasan gizi dan infeksi Salah satu penyebab trauma adalah kecelakaan atau benturan pada saat hamil minggu kelima.
j.Campuran
a)Radiasi
Efek teratogenik sinar pengion jelas bahwa merupakan salah satu faktor lingkungan dimana dapat menyebabkan efek genetik yang nantinya bisa menimbulkan mutasi gen. Mutasi gen adalah faktor herediter.
b)Faktor usia ibu dan daya pembentukan embrio menurun
Bahwa dengan bertambahnya usia ibu waktu hamil daya pembentukan embrio pun akan menurun (factor lingkungan). Bertambah pula risiko dari ketidaksempurnaan pembelahan meiosis yang akan menyebabkan bayi dengan kelainan kromosom (faktor herediter).


C.Klasifikasi
Celah langit-langit (palatochisis), yaitu :
1.Celah langit-langit tidak lengkap
2.Celah langit-langit lengkap
3.Campuran : Labiogenatoschisis, terjadi di daerah bibir, langit-langit dan
hidung terbelah.

D.Patogenesis
Pertumbuhan dan perkembangan wajah serta rongga mulut merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Bila terdapat gangguan pada waktu pertumbuhan dan perkembangan wajah serta mulut embrio, akan timbul kelainan bawaan (congenital).
Kelainan bawaan adalas suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dia dilahirkan. Salah satunya adalah celah bibir dan langit-langit. Kelainan wajah ini terjadi karena ada gangguan pada organogenesis antara minggu keempat sampai minggu kedelapan masa embrio.
Gangguan pertumbuhan ini tidak saja menyulitkan penderita, tetapi juga menimbulkan kesulitan pada orangtua, terutama ibu. Tidak saja dalam hal pemberian makan, tetapi juga efek psikologis karena mempunyai anak yang “tidak sempurna”. Beberapa teori yang menggambarkan terjadinya celah bibir:

1.Teori Fusi
Disebut juga teori kalsik. Pada akhir minggu keenam dan awal minggu ketujuh masa kehamilan, processus maxillaries berkembang kea rah depan menuju garis median, mendekati processus nasomedialis dan kemudian bersatu. Bila terjadi kegagalan fusi antara processus maxillaries dengan processus nasomedialis maka celah bibir akan terjadi.

2.Teori Penyusupan Mesodermal
Disebut juga teori hambatan perkembangan. Mesoderm mengadakan penyusunan menyebrangi celah sehingga bibir atas berkembang normal. Bila terjadi kegagalan migrasi mesodermal menyebrangi celah bibir akan terbentuk.

3.Teori Mesodermal sebagai Kerangka Membran Brankhial
Pada minggu kedua kehamilan, membran brankhial memrlukan jaringan mesodermal yang bermigrasi melalui puncak kepala dan kedua sisi ke arah muka. Bila mesodermal tidak ada maka dalam pertumbuhan embrio membran brankhial akan pecah sehingga akan terbentuk celah bibir.

4.Gabungan Teori Fusi dan Penyusupan Mesodermal
Patten, 1971, pertama kali menggabungkan kemungkinan terjadinya celah bibir, yaitu adanya fusi processus maxillaris dan penggabungan kedua processus nasomedialis yang kelak akan membentuk bibir bagian tengah.


E.Pathways

Faktor herediter

Kegagalan fase embrio

Akibat gagal prosesus maksilaris dan prosesus nasalis untuk menyatu

Kegagalan penyatuan Kegagalan penyatuan pada

Susunan palato Proses nasal medial dan maksilaris

Timbul celah pada garis tengah palato Terbentuknya bibir dan hidung

Labiopalatoskisis

Pre Operasi Pasca Operasi

Koping keluarga tidak efektif

Kerusakan komunikasi verbal

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Resiko Aspirasi

Nyeri

Resiko infeksi


F.Manifestasi Klinis
Pada Palato skisis ditemukan adanya tanda-tanda :
1.Tampak ada celah pada tekak (unla), palato lunak, keras dan faramen incisive.
2.Ada rongga pada hidung.
3.Distorsi hidung
4.Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksadn jari
5.Kesukaran dalam menghisap/makan.

G.Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada Palatoskisis adalah :
1.Gangguan bicara
2.Terjadinya atitis media
3.Aspirasi
4.Distress pernafasan
5.Resiko infeksi saluran nafas
6.Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
7.Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh atitis media rekureris sekunder akibat disfungsi tuba eustachius.
8.Masalah gigi
9.Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat kecacatan dan jaringan paruh.

H.Pemeriksaan Penunjang
1.Pemeriksaan Laboratorium dengan pemeriksaan prabedah rutin (misalnya hitung darah lengkap).
2.Pemeriksaan Diagnosis
a.Foto Rontgen
b.Pemeriksaan fisik
c.MRI untuk evaluasi abnormal
I.Penatalaksanaan
Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun. Pada kebanyakan kasus, pembedahan pada hidung hendaknya ditunda hingga mencapi usia pubertas. Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai ukuran, bentuk danderajat cerat yang cukup besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan bagi masing-masing penderita. Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit-langit bervariasi dari 6 bulan – 5 tahun. Jika perbaikan pembedahan tertunda hingga berumur 3 tahun, maka sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang geligi maksila sehingga kontraksi otot-otot faring dan velfaring dapat menyebabkan jaringan-jaringan bersentuhan dengan balon tadi untuk menghasilkan penutup nasoporing.
J.Perawatan Pra-Operasi:
1.Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi.
a.Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi berduka
b.Dorong orangtua untuk mengekspresikan perasaannya.
c.Diskusikan tentang pembedahan
d.Berikan informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan yang positif terhadap bayi.
e.Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.

2.Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis dan pengobatan bayi.
a.Tahap-tahap intervensi bedah
b.Teknik pemberian makan
c.Penyebab devitasi

3.Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adequate.
a.Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol atau dot yang cocok.Monitor atau mengobservasi kemampuan menelan dan menghisap.
b.Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu ke dinding mulut.
c.Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.
d.Sendawkan bayi dengan sering selama pemberian makan
e.Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.
f.Akhiri pemberian susu dengan air.

4.Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas
a.Pantau status pernafasan
b.Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikan
c.Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi.

K.Perawatan Pasca-Operasi
1.Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate
a.Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes atau sendok.
b.Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi.
c.Lanjutkan dengan diet lunak
d.Sendawakan bayi selama pemberian makanan.
2.Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi anak.
a.Bersihkan garis sutura dengan hati-hati
b.Oleskan salep antibiotik pada garis sutura (Keiloskisis)
c.Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah pemberian makan.
d.Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah pemberian makan untuk mencegah terjadinya aspirasi.
e.Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara sistemik.
f.Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.
g.Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.
h.Monitor keutuhan jaringan kulit
i.Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak steril, missal alat tensi
L.Dampak Yang Ditimbulkan
1.Adapun dampak yang ditimbulkan adalah :
a.Adanya celah pada bibir dan langit
b.angguan mengisap atau makan
c.OMP/ISPA yang dapat mengakibatkan tuli. Dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan kerangka
d.Suara sengau : Hypernasal resonance karena gangguan fonasi bicara
e.Pertumbuhan gigi terganggu
f.Psikologis orangtua dan anak
a. Orangtua merasa berdosa
b.Anak merasa kurang percaya diri
g.Gangguan nutrisi/gizi
h.Sering disertai infeksi pada mulut
i.Gangguan berbicara
j.Disebabkan karena otot-otot yang digunakan berbicara mengalami penurunan
k.fungsi karena adanya celah
Wajah yang tidak normal :
a.Lubang hidung asimetris
b.Gigi tumbuh abnormal dan tidak teratur
c.Pertumbuhan tulang muka asimetris


KEPUSTAKAAN

___Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC.
___Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
___Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak bagian 2. Jakarta; Fajar Interpratama.
___Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.
___Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.
___Wong, Dona L.2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatik. Jakarta : EEC.
___Sumber : Betz, Cecily,. 2002. Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC

Gangguan Sistem Pencernaan Pada Anak (Desentri)

A.Pengertian

Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah
Gejala-gejala disentri antara lain adalah:
a)Buang air besar dengan tinja berdarah
b)Diare encer dengan volume sedikit
c)Buang air besar dengan tinja bercampur lender (mucus)
d)Nyeri saat buang air besar (tenesmus)

B.Etiologi

a)Bakteri (Disentri basiler)
Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella.
b)Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
c)Salmonella
d)Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
e)Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering pada anak usia > 5 tahun
f)Patogenesis
g)Transmisi : fecal-oral, melalui : makanan / air yang terkontaminasi, person-to-person contact.
h)Disentri basiler
i)Shigella dan EIEC

C.Patofisiologi

1.S.dysenteriae serotype 1
MO --> kolonisasi di ileum terminalis/kolon, terutama kolon distal  invasi ke sel epitel mukosa usus --> multiplikasi --> penyebaran intrasel dan intersel --> produksi enterotoksin --> ↑ cAMP --> hipersekresi usus (diare cair, diare sekresi).--> produksi eksotoksin (Shiga toxin) --> sitotoksik --> infiltrasi sel radang --> nekrosis sel epitel mukosa --> ulkus-ulkus kecil --> eritrosit dan plasma keluar ke lumen usus --> tinja bercampur darah.--> invasi ke lamina propia ? --> bakteremia (terutama pada infeksi S.dysenteriae serotype 1.

2.Salmonella
MO --> kolonisasi di jejunum/ileum/kolon --> invasi ke sel epitel mukosa usus --> invasi ke lamina propia --> infiltrasi sel-sel radang --> sintesis Prostaglandin --> produksi heat-labile cholera-like enterotoksin --> invasi ke Plak Peyeri --> penyebaran ke KGB mesenterium -->hipertrofi --> penurunan aliran darah ke mukosa --> nekrosis mukosa --> ulkus menggaung --> eritrosit dan plasma keluar ke lumen --> tinja bercampur darah.

3.Campylobacter jejuni
MO --> kolonisasi di jejunum/ileum/kolon --> invasi ke sel epitel mukosa usus --> invasi ke lamina propia --> infiltrasi sel-sel radang --> Prostaglandin --> produksi heat-stabile cholera-like enterotoksin --> produksi sitotoksin ?? --> nekrosis mukosa --> ulkus --> eritrosit dan plasma keluar ke lumen --> tinja bercampur darah.--> masuk ke sirkulasi (bakteremia).

4.Disentri amoeba
Bentuk histolitika (trofozoit) --> invasi ke sel epitel mukosa usus --> produksi enzim histolisin  nekrosis jaringan mukosa usus --> invasi ke jaringan submukosa --> ulkus amoeba --> ulkus melebar dan saling berhubungan membentuk sinus-sinus submukosa --> kerusakan permukaan absorpsi  malabsorpsi --> ↑ massa intraluminal --> tekanan osmotik intraluminal --> diare osmotik.

D.Manifestasi Klinis

1.Disentri basiler
Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja. Gejala-gejala yang timbul :
a.Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan toksik.
b.Muntah-muntah.
c.Anoreksia.
d.Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
e.Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).

2.Disentri amoeba
Gejala-gejala yang timbul :
a.Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
b.Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (≤10x/hari)
Sakit perut hebat (kolik)
c.Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus).

E.Diagnosis

Diagnosis klinis dapat ditegakkan semata-mata dengan menemukan tinja bercampur darah. Diagnosis etiologi biasanya sukar ditegakkan. Penegakan diagnosis etiologi melalui gambaran klinis semata sukar, sedangkan pemeriksaan biakan tinja untuk mengetahui agen penyebab seringkali tidak perlu dilakukan karena memakan waktu lama (minimal 2 hari) dan umumnya gejala membaik dengan terapi antibiotika empiris.

F.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan :
1.Pemeriksaan tinja
Makroskopis : suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila ditemukan bentuk trofozoit dalam tinja
2.Benzidin test
Mikroskopis : leukosit fecal (petanda adanya kolitis), darah fecal .
3.Biakan tinja :
4.Media : agar MacConkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar SS.
5.Pemeriksaan darah rutin : leukositosis (5.000 – 15.000 sel/mm3), terkadang dapat ditemukan leukopenia.

G.Komplikasi
1.Dehidrasi
2.Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia
3.Kejang
4.Protein loosing enteropathy
5.Sepsis dan DIC
6.Sindroma Hemolitik Uremik
7.Malnutrisi/malabsorpsi
8.Hipoglikemia
9.Prolapsus rektum
10.Reactive arthritis
11.Sindroma Guillain-Barre
12.Ameboma
13.Megakolon toksik
14.Perforasi lokal
15.Peritonitis

H.Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan yang dilakukan adalah :
1.Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status gizi kurang, lakukan pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan darah) untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai adanya sepsis, berikan terapi sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak. Waspadai adanya syok sepsis.

2.Komponen terapi disentri
a.Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit
Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan disentri setelah keadaan stabil adalah penilaian dan koreksi terhadap status hidrasi dan keseimbangan elektrolit

b.Diet
Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian makanannya. Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) dapat diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama pada anak yang diduga mengalami defisiensi. Untuk mempersingkat perjalanan penyakit, dapat diberikan sinbiotik dan preparat seng oral8,9. Dalam pemberian obat-obatan, harus diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat motilitas usus sebaiknya tidak diberikan karena adanya risiko untuk memperpanjang masa sakit.

c.Antibiotika
Anak dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis dan mendapatkan terapi yang sesuai. Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi masa sakit dan menurunkan risiko komplikasi dan kematian.
Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) : Kotrimoksazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari.
Dari hasil penelitian, tidak didapatkan perbedaan manfaat pemberian kotrimoksazol dibandingkan plasebo 10.
Alternatif yang dapat diberikan :
o Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
o Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
o Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis tunggal IV atau IM
o Asam nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll. Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan, antibiotik harus dihentikan dan diganti dengan alternatif lain.
Terapi antiamebik diberikan dengan indikasi :
o Ditemukan trofozoit Entamoeba hystolistica dalam pemeriksaan mikroskopis tinja.
o Tinja berdarah menetap setelah terapi dengan 2 antibiotika berturut-turut (masing-masing diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk disentri basiler.
Terapi yang dipilih sebagai antiamebik intestinal pada anak adalah Metronidazol 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Bila disentri memang disebabkan oleh E. hystolistica, keadaan akan membaik dalam 2-3 hari terapi.


d. Sanitasi
Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan dengan bersih sehabis membersihkan tinja anak untuk mencegah autoinfeksi.
Seorang anak rekan saya terkena disentri, karenanya untuk pencegahan dan pengobatan saya posting artikel tentang disentri yang ditulis oleh Ibu Ida Arimurti. Untuk pencegahan, jaga kebersihan, hindari mengkonsumsi makanan kurang bersih, cuci tangan sebelum makan dan masak, jangan main di tempat kotor.


I.Pengobatan
1.Dokter akan memberikan antibiotik sesuai dengan gambaran klinis diare, tes laboratorium diperlukan untuk mengetahui tanda2 ketahanan kuman dan jenis disentri. Namun biasanya dokter akan memberikan antibiotik selama 5-7 hari.
2.Pemberian makanan untuk penderita disentri haruslah yang lunak dan tidak memiliki rasa yang tajam, serta harus berprotein tinggi karena diperlukan untuk proses penyembuhan, pemberian air minum yang banyak sangat dianjurkan agar tidak terjadi dehidrasi.
3.Kondisi bertambah parah
Apabila kondisi si sakit makin lemah, tidur terus menerus, perut kembung,demam tak kunjung turun, diare yang makin sering disertai darah yang banyak segeralah
bawa anak ke rumah sakit mungkin telah terjadi komplikasi, dalam hal ini maka
pasien perlu penangan lebih jauh dan perawatan intensif di rumah sakit.


KEPUSTAKAAN

_____Smeltzer,Suzanne C dan Bare Brenda G.,2001.,BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.,Jakarta : EGC.