Assalamualaikum.....

Terimakasih telah mengunjungi situs ini, semoga materi-materi yang terdapat di dalamnya dapat bermanfaat untuk kita semua....
Amin ya robbal alamin.....

Rio Cool

Rio Cool
Handsome Boy
Powered By Blogger

Jumat, 16 April 2010

ANATOMI & FISIOLOGI PANKREAS

A.Anatomi dan Fisiologi Pankreas

Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama: menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti:
1.Insulin yang dihasilkan sel beta.
2.GHS yang dihasilkan sel epsilon.
3.GHIH yang dihasilkan sel delta.
Pankreas terletak di retroperiotoneal rongga abdomen bagian atas, dan terbentang horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjang sekitar 10-20 cm dan lebar 2,5-5 cm. mendapat pasokan darah dari arteri mensenterika superior dan splenikus.
Pankrea berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya sebagai organ endokrin didukung oleh pulau-pulau Langerhans. Pulau-pulau Langerhans terdiri tiga jenis sel yaitu; sel alpha yang menghasilkan glukoagon, sel beta yang menghasilkan insulin, dan sel deltha yang menghasilkan somatostatin namun fungsinya belum jelas diketahui.


Organ sasaran kedua hormon ini adalah hepar, otot dan jaringan lemak. Glukagon dan insulin memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Bahkan keseimbangan kadar gula darah sangat ,dipengaruhi oleh kedua hormon ini. Fungsi kedua hormon ini saling bertolak belakang.
Kalau secara umum, insulin menurunkan kadar gula darah sebaliknya untuk glukagon meningkatkan kadar gula darah. Perangsangan glukagon bila kadar gula darah rendah, dan asam amino darah meningkat. Efek glukoagon ini juga sama dengan efek kortisol, GH dan epinefrin.Dalam meningkatkan kadar gula darah, glukagon merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari yang bukan karbohidrat).
Dalam metabolisme lemak, glukagon meningkatkan lipolisis (pemecahan lemak).Dalam menurunkan kadar gula darah, insulin sebagai hormon anabolik terutama akan meningkatkan difusi glukosa melalui membran sel di jaringan. Efek anabolik penting lainnya dari hormon insulin adalah sebagai berikut:
a. Efek pada hepar
1) Meningkatkan sintesa dan penyimpanan glukosa
2) Menghambat glikogenolisis, glukoneogenesis dan ketogenesis
3) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas di hepar

b. Efek pada otot
1) Meningkatkan sintesis protein
2) Meningkatkan transportasi asam amino
3) Meningkatkan glikogenesisc.
Efek pada jaringan lemak :
1) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas
2) Meningkatkan penyimpanan trigliserida
3) Menurunkan lipolisis



B.Pankreas ( Sediaan Seksional )
Pankreas memiliki unsur eksokrin maupun endokrin yang menempati sebagian besar kelenjar. Pankreas eksokrin yang merupakan bagian terbesar dari kelenjar, terdiri atas asini serosa yang berhimpitan, tersusun dalam banyak lobulus kecil. Lobuli di kelilingi septa intra-dan interlobular, dengan pembuluh darah, duktus, saraf, dan kadang-kadang badan Pacini. Di dalam massa acini serosa, terdapat pulau langerhans yang terisolasi. Pulau ini adalah bagian endokrin pankreas dan merupakan ciri khas pankreas.
Sebuah asinos pankreas terdiri atas sel-sel zimogen penghasil protein berbentuk pyramid mengelilingi sebuah lumen sentral yang kecil. Duktus ekskretorius meluas ke dalam setiap asinus dan tampak sebagai sel sentroasinar yang terpulas pucat di dalam lumennya. Produk sekresi asini dikeluarkan melalui duktus interrkalaris ( intralobular ) yang sempit. Duktus ini memiliki lumen kecil dengan epitel kuboid rendah. Sel sentroasinar berlanjut sebagai epitel duktus interkalaris. Duktus interkalaris kemudian berlanjut sebagai duktus interlobular yang terdapat di dalam septa jaringan ikat yang terdapat diantara lobuli. Duktus interlobular dilapisi epitel selapis kuboid yang makin tinggi dan menjadi berlapis pada duktus yang lebih besar.
Pulau Langerhans adalah massa sel endokrin berbentuk bulat dengan berbagai ukuran, yang dipisahkan dari jaringan asini eksokrin disekelilingnya oleh selapis serat retikilar halus. Pulau Langerhan biasanya lebih besar dari asini dan tampak sebagai kelompok padat sel-sel epitelial yang ditembus oleh banyak kapilar.

C.Korelasi Fungsional ( Pankreas Eksokrin )
Fungsi pankreas dilaksanakan oleh populasi khusus. Karena pankreas adalah organ endokrin dan eksokrin, maka pankreas menghasilkan banyak enzim pencernaan dan hormon. Sekresi pankreas diatur oleh rangsangan hormonal maupun vagal ( vagus ).
Dua hormon intestinal, yaitu sekretin dan kolesistokinin yang disekresi oleh sel enteroendrokin ( APUD ) dari mukosa duodenum ke dalam aliran darah, mengatus sekresi pankreas. Pankreas menghasilkan cairan alkalis dan banyak enzim pencernaannya yang merombak protein, lemak, dan karbohidrat menjadi molekul-molekul lebih kecil agar diabsorpsi di usus halus.
Sebagai respons atas adanya chymus asam di usus halus ( duodenum ), sekretin merangsang sel pankreas mensekresi banyak cairan berair yang kaya ion Na-bikarbonat. Cairan ini, yang tidak atau sedikit mempunyai aktifitas enzimatik, dihasilkan terutama oleh sel-sel sentroasinar dan sel-sel yang melapisi dukttus interkalaris yang lebih halus. Fungsi cairan ini adalah untuk menetralkan chymus asam tadi dan menciptakan lingkungan optimal bagi aktifitas enzim pankreas.
Sebagai respons atas lemak dan protein di dalam usus halus, kolesistokinin merangsang sel-sel asinar di pankreas untuk menyekresi sejumlah besar enzim pencernaan. Enzim pancreas yang diproduksi sel-sel asinar memasuki duodenum dalam bentuk tidak aktif dan kemudian diaktifkan oleh sebuah hormon yang diskresi mukosa usus.

D.Pulau Langerhans
Sel-sel endokrin pulau tersusun berderet atau dalam kelompok kecil, dan diantaranya terdapat serat-serat jaringan ikat halus dan anyaman kapilar luas. Simpai jaringan ikat tipis memisahkan pankreas endokrin dari asini serosaeksokrin yang terpulas gelap. Di dalam beberapa asini serosa terlihat sel-sel sentroasinar pucat. Sel-sel ini merupakan bagian sistem duktus yang menghantar keluar produk sekresi asini ke dalam duktus interkalaris tidak ada sel mioepitel yang mengelilingi asini sekresi pada pankreas.
Pulau Langerhans mengandung beberapa sel penghasil-hormon namun pada sediaan histologi rutin, tiap-tiap jenis selnya tidak dapat dikenali.

E.Pulau Langerhans ( sediaan khusus )
Pulau Langerhans ini untuk membedakan sel alfa penghasil- glukagon dari sel beta penghasil insulin. Umumnya sel alfa teletak ditepi pulau dan sel beta dibagian lebih dalam atau lebih di pusat pulau.
Sel beta juga lebih banyak kira-kira 70% dari massanya. Sel delta ( tidak tampak ) juga terdapat pada pulau. Sel ini paling sedikit, dengan bentuk bervariasi, dan mungkin terdapat pada bagian mana saja dari pulau pankreas.
Kapiler disekitar sel-sel indokrin yang berbeda, menandakan pulau Langerhans ini kaya vaskularisasi. Sel-sel pulau dipisahkan dari asini serosa oleh simpai jaringan ikat tipis. Sel Sentroasinar tampak jelas pada beberapa asini disekitarnya.

F.Korelasi Fungsional-Endokrin Pankreas
Pankreas menghasilkan dua hormon utama yang terutama mempengaruhi kadar gula darah serta metabolismenya. Sel Alfa pulau Langerhans menghasilkan hormon glukagon yang dibebaskan sebagai respons atas kadar glukosa darah yang rendah. Fungsi fisiologis utama Glukagon adalah meningkatkan kadar glukosa darah. Fungsi ini tercapai dengan mengonversi glikogen, asam amino, dan asam lemak dihati menjadi glukosa ; konversi ini meningkatkan kadar glukosa darah.
Sel Beta pulau Langerhans menghasilkan hormon insulin yang pembebasannya dirangsang oleh meningkatnya kadar glukosa darah setelah makan. Fungsi fisiologis utama insulin adalah menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan transport membran glukosa kedalam sel-sel hati, otot, dan sel lemak. Insulin juga meningkatkan konversi glukosa menjadi glikogen didalam hati. Efek insulin terhadap kadar glukosa darah berlawanan dengan glukagon.
Sel Delta menyekresi hormone somatostasin. Sel ini menurunkan dan menghambat aktifitas sekresi sel alfa ( penghasil glukagon ) maupun sel beta ( penghasil insulin ) melalui pengaruh lokal didalam pulang Langerhans. Fungsi sel F sampai hari ini belum banyak diketahui.

G.Bagian Endokrin ( Pulau Lagerhans ) dan Eksokrin
Pulau Pankreas ( Lagerhans ) yaitu bagian Endokrin. Sebuah simpai jaringan ikat tipis mengelingi pulau Langerhans dan memisahkannya dari sel-sel pancreas lain. Pulau Langerhans sangat vaskular dengan banyak pembuluh darah dan vaskuler.
Bagian eksokrin, yang merupakan bagian terbesar Pankreas, adalah kelenjar tubuloasinar kompleks. Setiap asinus sekresi eksokrin terdiri atas kelompok sel berbentuk piramid, tersusun mengelilingi lumen kecil. Dipusat kebanyakan asini sekretoris terlihat satu atau lebih sel sentroasinar.
Sel-sel ini adalah sel pelapis terminal sistem duktus ekskretorius. Duktus Ekskrotorius terkecil didalam pankreas adalah duktus interkalaris yang dilapisi epitel selapis kuboit.


KEPUSTAKAAN

___Murray, Robert K et al. 2003. Biokimia Harper, E/25. Jakarta: EGC.
___Guyton, Arthur C dan John E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, E/11. Jakarta: EGC.
___Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran: Dari Sel Ke Sistem, E/2. Jakarta: EGC.
Wikipedia Bahasa Indonesia. Pankreas.
Wikipedia Bahasa Indonesia. Insulin.
Wikipedia Bahasa Indonesia. Glukagon.
Klik Dokter. Pankreas.
Blog Dokter Cantik. Fisiologi Pankreas.

RADIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

A.PENELANAN BARIUM

1.Pengertian
Penelaan barium memungkinkan dokter memeriksa saluran pencernaan bagian atas. Pada saat dilakukan tes ini, penderita minum cairan kental dan campuran encer barium sulfat, minuman berkapur dengan konsistensi ( tetapi tidak bertepung ) seperti susu kocok. Barium dapat tampak pada penyinaran dengan sinar-X pada saat mengalir di saluran pencernaan.

2.Fungsi
Tes ini pada umumnya dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan serial saluran pencernaan. Ini biasanya dilakukan kalau penderita mempunyai riwayat kesulitan menelan atau muntah.

3.Indikasi
Penelanan barium mungkin dilakukan karena beberapa alasan berikut :
Untuk mendiagnose hernia hiatal, yaitu kondisi dimana lambung naik ke atas dan masuk ke dalam kerongkongan atau diluarnya.
Untuk mendiagnosa adanya kantong yang dinamakan divertikula, yang bisa terbentuk pada saluran pencernaan bagian atas.
Untuk mendiagnosa varises esophagus, yaitu pelebaran vena yang abnormal.
Untuk menditeksi penyempitan pada saluran pencernaan bagian atas.
Untuk mengidentifikasi ulcer, dan polip.

4.Cara Kerja
Setelah punggung ditahan dengan tali pengaman pada meja penyinaran, meja penyinaran ditegakkan sampai posisi anda tegak. Kemudian jantung paru, dan perut anda diperiksa.
Kemudian, anda minum cairan barium yang kental, dan dilakukan penyinaran dengan sinar-X pada saat campuran barium bergerak melalui tenggorokan, yaitu bagian teratas dari sistem pencernaan anda.
Kemudian anda diberitahu untuk menelan beberapa kali campuran barium yang encer. Ini adalah bagian untuk mengetes kerongkongan anda, yang letaknya tepat dibawah kerongkongan. Pada saat tersebut anda mungkin diberitahu untuk menelan “ manisan barium “ ( sepotong roti putih yang direndam dalam barium ).
Selama tes berlangsung, anda tetap berada diatas meja penyinaran, yang akan dimiringkan sehingga setiap gerakan aliran barium melalui kerongkongan anda dapat dilihat.
Selanjutnya, anda menelan beberapa kali lagi barium lebih banyak sambil kerongkongan anda diperiksa dan di sinar-X.Setelah meja bergerak sampai posisi horisontal, anda menelan barium sedikit lagi dan sinar-X.
Setelah barium ditelan, barium akan mengalir pada dasar lidah menuju tenggorokan. Ini digerakkan oleh gerakan pencernaan yang normal ( yang disebut peristaltik ) melalui seluruh panjang kerongkongan dalam waktu sekitar 2 detik. Kalau barium sudah sampai pada dasar kerongkongan, spingter membuka dan barium akan masuk pada lambung. Setelah barium melewati, spingter menutup. Normalnya, barium akan mengisi tenggorokan dan kerongkongan dengan rata, dan dindingnya terlihat halus dan teratur.

5.Apa yang terjadi setelah tes????

a.Anda bias kembali ke diet normal anada. Akan tetapi, karena sebelumnya anda menelan barium, maka feses anda akan berwarna seperti kapur dan warnanya lebih terang selama 1 sampai 3 hari.
b.Jika selama 2 sampai 3 hari tidak ada pergerakkan usus, beritahukan kepada dokter.

6.Kontraindikasi
Penelanan barium tidak boleh dilakukan pada setiap penderita yang mengalami penyumbatan usus.


B.PEMERIKSAAN SERIAL SALURAN PENCERNAAN ATAS DAN USUS HALUS

1.Pengertian
Tes ini untuk memeriksa saluran pencernaan bagian atas dan tengah ( kerongkongan, lambung, dan usus kecil ). Ini memerlukan pencernaan barium sulfat, minuman berkapur ( tetapi bukan tepung ) dengan konsistensi seperti susu kocok. Barium yang berjalan pada saluran pencernaan dapat tampak pada penyinaran sinar-X.

2.Indikasi
Tes ini dilakukan kalau penderita mempunyai :
Gejala-gejala saluran pencernaan atas, seperti kesulitan menelan, muntah atau rasa terbakar atau rasa perih pada pusat lambung.
Tanda-tanda penyakit usus kecil, seperti diare dan penurunan berat badan yang tidak dapat diterangkan.
Tanda-tanda perdarahan pada saluran pencernaan, seperti muntah darah atau faeses berwarna gelap atau berwarna hitam.


3.Fungsi
Pemeriksaan serial saluran pencernaan bagian atas dan usus halus mungkin dilakukan karena beberapa alasan berikut:
Untuk mendiagnosa hernia hiatal, yaitu keadaan dimana lambung naik ke atas masuk ke kerongkongan atau di luar kerongkongan.
Untuk mendiagnosa divertikula, yaitu adanya kantong-kantong pada saluran pencernaan atas.
Untuk mendiagnosa varices esophagus, yaitu pelebaran vena yang abnormal.
Untuk membantu mendeteksi penyempitan pada saluran pencernaan atas.
Untuk membantu mendiagnosa tukak, tumor, enteritis lokal dan sindroma malabsorbsi.
Untuk membantu mendeteksi gangguan motilitas.

4.Cara Kerja
Setelah anda berbaring pada meja penyinaran dan tali pengaman pada punggung dipasang, meja tersebut dimiringkan sampai posisi anda tegak. Kemudian jantung, paru dan perut anda diperiksa.
Anda diberi tahu untuk menelan barium beberapa kali dan jalannya barium melalui kerongkongan di oservasi.Kemudian disinar-X dari beberapa sudut.
Kalau barium sudah memasuki lambung, dokter atau asisten akan menekan perut anda ke dalam agar barium dapat melapisi lambung dengan baik.
Anda diberitahu untuk menghisap barium dengan memakai sedotan. Dengan demikian, udara yang masuk pada lambung anda akan sedikit. Ini akan memungkinkan pemeriksaan yang detail dan penyinaran pada lipatan lambung anda. Selanjutnya, anda minum barium yang tersisa sambil dokter memeriksa pengisian barium pada lambung dan pengosongannya menuju usus dua belas jari, yaitu bagian pertama dari usus halus.
Ada dua serial penyinaran sinar-X pada lambung dan usus dua belas jari dari sudut yang berbeda-beda.
Jalannya barium menuju usus halus selanjutnya diobservasi dan disinar-X setiap interval 30 sampai 60 menit.
5.Apa yang terjadi sesudahnya
Anda akan mendapat enema atau pencahar.
Warna faeses anda akn menjadi lebih muda selama 1 smpai 3 hari. Akan tetapi jika selama 2 sampai 3 hari tidak ada pergerakkan usus, beritahukan pada dokter.

6.Kontraindikasi
Pemeriksaan serial saluran pencernaan atas dan usus halus tidak boleh dilakukan jika penderita mempunyai sumbatan atau robekan pada saluran pencernaannya. Barium akan memperparah penyumbatan atau meresap ke dalam rongga perut.

7.Apa yang dimaksud dengan hasil yang normal????
Setelah barium ditelan, ini akan mengalir pada dasar lidah menuju tenggorokan. Ini digerakkan oleh kontraksi saluran pencernaan ( yang disebut peristaltik ) melalui seluruh panjang kerongkongan dalam waktu sekitar 2 detik. Kalau sudah mencapai dasar kerongkongan, spingter akan membuka dan barium masuk ke dalam lambung. Setelah barium lewat, spingter menutup kembali. Normalnya, barium akan mengisi tenggorokan dan kerongkongan dengan rata, dan lapisan dindingnya tampak halus dan teratur.
Barium masuk lambung, ini akan menunjukkan karakteristik lipatan-lipatan yang disebut rugae. Kalau lambung sudah terisi sepenuhnya dengan barium, kontur lapisan terluar akan tampak halus dan teratur tanpa adanya pendataran yaitu daerah yang kaku ( rigid ).
Setelah barium masuk lambung, ini akan cepat dikosongkan untuk menuju usus dua belas jari dan menampakkan lipatan-lipatan sirkuler. Lipatan ini dalam dan menjadi semakin banyak pada bagian usus halus selanjutnya yaitu jejunum. Kadang-kadang barium tersangkut diantara lipatan-lipatan tersebut, sehingga akan tampak gambaran sinar – X bintik bintik. Kalau barium sudah memasuki ileum, lipatan lipatan silkuler berkurang, kecuali ada pelebaran yang mirip dengan usus dua belas jari. Penyinaran sinar-X ini juga menunjukan diameter usus halus dari usus dua belas jari sampai ileum mengecil secara bertahap.


8.Apa yang dimaksud dengan hasil yang tidak normal ????
Sinar-X pada kerongkongan dapat menampakan struktur, tumor, hernia hiatal,divertikula,varises dan tukak. Sruktur jinak biasanya akan melebarkan kerongkongan, sedang yang ganas akan menyebabkan perubahan yang erosit. Tumor akan menyebabkan defek pengisian barium, tetapi hanya tumor yang ganas saja yang mengubah kontur mukosa. Akan tetapi, untuk diagnosa definitive, tumor dan struktur diperlukan tindakan biopsi.
Gangguan motilitas, seperti spasme kerongkongan, biasanya sulit dideteksi karena spasma tidak menentu dan sementara. Tes lain yang disebut manometri, pada umumnya dilakukan untuk mendeteksi gangguan ini.
Sinar-X pada lambung bisa menampakan tumor dan tukak lambung. Tumor ganas menampakan defek pengisian pada sinar-X dan biasanya mengacaukan peristaltik. Tumor jinak menampakan pengantongan pada mukosa lambung dan pada umumnya tidak mempengaruhi peristaltik. Tukak paling banyak timbul pada lambung dan usus dua belas jari, oleh karena itu kedua area itu diperiksa bersama. Tukak yang jinak biasanya menunjukan ada bekas penyembuhan sebagian atau seluruhnya dan pada radiasi tampak karakteristik gambaan lipatan yang menyebar dari tepi cekungan tukak. Tukak yang ganas biasanya berkaitan dengan adanya dugaan masa, biasanya pada radiasi menampakan adanya lipatan lipatan yang menyebar dari tepi cekungan tukak menuju masa tersebut. Akan tetapi, untuk diagnosa pasti dari tukak dan tumor diperlukan biopsi.
Sinar-X pada usus halus bisa menampakkan enteritis regional, sindroma malabsorbsi dan tumor.

C.BARIUM ENEMA

1.Pengertian
Tes yang disebut juga pemeriksaan saluran pencernaan bawah ini merupakan pemeriksaan dengan sinar-X pada usus besar. Ini dilakukan pada penderita yang mempunyai riwayat yang mempunyai riwayat adanya perubahan kebiasaan buang air besar, nyeri pada perut bawah, atau adanya darah, lendir atau nanah pada faeses.
Pada tekhnik kontras tunggal, barium sulfat dimasukkan pada rektum. Pada teknik kontras ganda, barium sulfat dan dan udara dimasukkan dalam rektum. Teknik kontras tunggal menampakkan gambaran usus besar dari samping. Sedangkan teknik kontras ganda menampakkan gambaran usus besar dari depan dan samping. Teknik yang terakhir merupakan teknik yang terbaik merupakan tekhnik yang terbaik untuk mendeteksi tumor yang kecil ( khususnya polip ), penyakit keradangan dini, dan pendarahan kecil yang disebabkan oleh tukak.

2.Cara Kerja
Anda diaringkan terlentang pada meja penyinaran yang dapat dimiringkan dan sinar-X pada perut anda.
Anda dibantu untuk melakukan posisi yang berbeda-beda, dan selang yang sudah diberi pelicin dimasukkan dalam anus anda.
Dokter atau asisten akan memasukkan barium enema perlahan-lahan melalui selang, dan proses pengisiannya di monitor. Untuk membantu pengisian, meja mungkin akan dimiringkan, atau anda dibantu untuk mengubah posisi anda.
Aliran barium diobservasi, di sinar-X untuk melihat temuan-temuan yang signifikan. Pada saat barium mengisi usus, dilakukan sinar-X pada perut. Kemudian selang rektal dilepas. Anda diantar ke kamar mandi atau dibaringkan pada tempat tidur khusus dan diberitahu untuk BAB barium sebanyak mungkin.
Setelah itu, dilakukan penyinaran sinar-X tambahan.
Teknik barium enema bisa langsung dilakukan setelah tes pemeriksaan tersebut atau dilakukan terpisah. Jika dilakukan segera, barium dibiarkan tetap di usus anda, melapisi mukosa, dan dengan hati-hati dimasukkan udara untuk menegangkan lumen usus.
Pada tekhnik kontras tunggal, barium sulfat dimasukkan pada rektum. Pada teknik kontras ganda, barium sulfat dan dan udara dimasukkan dalam rektum. Teknik kontras tunggal menampakkan gambaran usus besar dari samping. Sedangkan teknik kontras ganda menampakkan gambaran usus besar dari depan dan samping. Teknik yang terakhir merupakan teknik yang terbaik merupakan tekhnik yang terbaik untuk mendeteksi tumor yang kecil ( khususnya polip ), penyakit keradangan dini, dan pendarahan kecil yang disebabkan oleh tukak.

3.Fungsi
Untuk mengurangi kebiasaan buang air besar, nyeri pada perut bawah, atau adanya darah, lendir atau nanah pada faeses

4.Apa yang terjadi setelah tes
Anda perlu minum cairan ekstra karena persiapan usus dan tes itu sendiri dapat menyebabkan dehidrasi.
Anda harus istirahat. Tes ini dan persiapan khusus hampir selalu membuat penderita kelelahan.
Anda akan mendapatkan enema pembersih untuk mengeluarkan barium yang masih berada dalam usus. Selama 24 – 72 jam faeses anda akan berwarna terang.

5.Kontraindikasi
Barium enema tidak boleh dilakukan jika penderita mempunyai denyut jantung yang cepat, colitis ulseratif berat, megacolon toksik, atau diduga ada perforasi usus.
Tes ini harus dilakukan dengan hati-hati jika penderita mempunyai penyumbatan pada usus, colitis ulseratif,divertikulitis atau diare berdarah yang berat.
Tes ini dapat menyebabkan komplikasi, seerti perforasi usus besar, intosikasi air, dan granuloma barium.

6.Apa yang dimaksud dengan hasil yang tidak normal????
Pada enema kontras tunggal, usus terisi barium dengan rata dan penanda usus besar terlihat jelas. Dinding usus kolaps pada saat barium bergerak, dan lapisan dinding usus mempunyai gambaran yang rata, berburu pada sinar-X.
Pada enema kontras ganda, usus membesar rata karena ada udara dan mempunyai lapisan tipis barium yang memberikan detail pola mukosa yang bagus. Pada saat penderita dibantu untuk mengubah posisi, barium akan terkumpul pada dinding usus tergantung pada gravitasi.

7.Apa yang dimaksud dengan hasil yang abnormal????
Hampir semua kanker usus besar terjadi pada daerah rektosigmoid dan paling baik dideteksi dengan tes lain yang disebut proctosigmoidoskopi.Akan tetapi, tes barium enema ini dapat menampakkan kanker yang letaknya pada usus besar yang lebih tinggi.
Sinar-X juga akan menunjukkan dan menggambarkan penyakit keradangan yang luas, seperti divertikulitis dan colitis ulseratif. Kolitis ulseratif biasanya berasal dari daerah anus dan naik melalui usus.
Film sinar-X juga menampakkan polip, perubahan struktur pada usus ( seperti masuknya bagian usus yang satu ke bagian usus yang lain), gastroenteritis, kolon iritabel, dan beberpa kasus appendicitis acut.


D.SINAR-X PADA USUS DUA BELAS JARI

1.Pengertian
Pemeriksaan sinar-X pada usus dua belas jari yaitu bagian dari usus halus,dinamakan duodenografi. Ini dilakukan setelah barium sulfat dan udara dimasukkan ke dalam usus melalui keteter.
Tes ini dilakukan untuk penderita yang mempunyai gejala-gejala duodenal atau penyakit pancreas, seperti nyeri perut atas persisten. Akan tetapi, ini memerlukan tes-tes penunjang lain untuk konfirmasi diagnosa.

2.Fungsi
Duodenografi hipotonik mungkin dilakukan karena beberapa alasan berikut ini:
Untuk mendeteksi lesi duodenal yang kecil dan kanker pancreas.
Untuk membantu mendiagnosa pankreatitis kronik.

3.Indikasi
Dilakukan pada pasien-pasien yang mengalami penyakit pancreas dan duodenum.

4.Apa yang terjadi selams tes????
Sambil anda duduk, kateter dimasukkan melalui hidung anda melalui lambung. Kemudian anda dibaringkan pada meja penyinaran, dan kateter dimasukkan terus sampai usus dua belas jari.
Obat glukagon mungkin diberikan melaui vena lengan. Atau obat anti kolinergic diinjeksikan keotot.
Barium dimasukkan melalui kateter, dan dilakukan penyinran pada usus dua belas jari. Beberapa barium kemudian dikeluarkan dan udara dimasukkan. Kemudian dilakukan penyinaran lagi.
Kalau film yang diperlukan sudah didapatkan, kateter dilepas

5.Apa yang terjadi setelah tes????
Jika diberikan obata anati kolinergic, anda perlu buang air kecil dalam waktu beberapa jam setelah tes. Jika anda sendirian, anda perlu beristirahat diruang tunggu sampai pandangan mata anda jelas ( kira-kira dalam waktu 2 jam )
Anda akan bersendawa udara yang dimasukkan atau mengeluarkan gas. Karena barium, maka faeses anda akan berwarna terang seperti kapur selama 24 jam- 72 jam.

6.Kontraindikasi
Obat anti kolinergic tidak boleh dilakukan pada siapapun dengan penyakit jantung yang berat atau glaucoma
Glucagon tidak boleh diberikan kepada siapapun yang menderita diabetes berat
Penderita dengan struktur pada saluran pencernaan atas tidak boleh menjalani prosedur ini.
Orang tua atau penderita dengan kondisi sakit bisa muntah karena tes ini atau merasakan nyeri di ulu hati.


E.SINAR-X PADA KANDUNG EMPEDU

1.Pengertian
Tes yang dilakukan oleh dokter disebut chloecystography oral ini merupakan tes dengan sinar-X untuk memeriksa kandung empedu setelah minum pil yang mengandung cairan kontras khusus

2.Fungsi
Tes ini dilakukan pada penderita yang mempunyai gejala-gejala penyakit kandung empedu seperti nyeri pada perut kanan atas, intoleransi lemak, dan penyakit kuning.

3.Indikasi
Sinar- X pada kandung empedu mungkin dilakukan karena beberapa alasan berikut ini :
Untuk menditeksi batu empedu
Untuk membantu mendiagnosa penyakit keradangan dan tumor pada kandung empedu

4.Cara Kerja
Anda di baringkan pada meja penyinaran, dan dokter melakukan penyinaran pada perut anda.
Anda merubah posisi anda dan dilakukan penyinaran tambahan
Anda kemudian diberi perangsang lemak, seperti makanan tinggi lemak atau bahan yang mengandung lemak sintetis. Dokter akan mengobservasi pengosongan kandung empedu anda dilakukan penyinaran sinar-X setiap 15-30 menit. Jika pengosongan kandung empedu pelan atau tidak terjadi sama sekali, dilakukan penyinaran pada saat 60 menit.

5.Apa yang terjadi setelah tes
Jika hasilnya normal, anda dapat kembali kediet biasa. Jika hasilnay tidak normal, anda perlu makan diet rendah lemak sampai dibuat diagnosa definitif.
Jika ditemukan batu empedu, anda perlu makan diet yang sesuai, biasanya diet membatasi lemak untuk mencegah terjadinya serangan.

6.Kontraindikasi
Tes ini tidak boleh dilakukan pada penderita yang mempunyai penyakit ginjal atau hati yang berat atau alergi terhadap yodium, kerang-kerangan, atau cairan kontras yang digunakan terhadap tes diagnostik lainnya.

7.Apakah yang dimaksud dengan hasil yang normal????
Normalnya kandung empedu akan berbentuk seperti buah pir dengan dinding yang halus dan tipis. Walaupun ukurannya bisa bervariasi, struktur dasarnya yaitu leher, infundibulum, badan dan fundus akan tampak jelas pada gambaran sinar-X.

8.Apakah yang dimaksud dengan hasil yang abnormal????
Tes ini dapat mendeteksi batu empedu, adanya kolesterol, polip, dan tumor jinak. Ini juga dapat menunjukkan adanya penyakit keradangan seperti kolesistisis, dengan atau tanpa pembentukkan batu empedu.
Kalau kandung empedu gagal berkontraksi setelah konsumsi makanan yang berlemak, ini menunjukkan adanya kolesistisis atau penyumbatan saluran empedu. Jika hasil sinar-X tidak mendukung, tes akan diulang di kemudian hari.


F.PEMERIKSAAN SALURAN EMPEDU

1.Pengertian
Tes yang dilakukan dokter disebut cholangiography transhepatic percutaneus ini, memungkinkan dokter untuk memeriksa saluran empedu ( saluran yang membawa empedu melalui hati ke system pencernaan ). Ini memerlukan penyuntikan cairan kontras langsung ke dalam saluran.

2.Fungsi
Tes ini biasanya digunakan untuk evaluasi penderita dengan nyeri perut atas persisten setelah pengambilan kandunngg empedu dan untuk evaluasi penderita dengan penyakit kuning yang parah.

3.Indikasi
Cholangiography transhepatic percutaneus mungkin dilakukan karena alas an-alasan berikut ini :
Untuk menentukan penyebab nyeri perut atas setelah pengambilan kandung empedu
Untuk menentukan apakah penyakit kuning yang diderita karena penyakit obstruksi atau non obstruksi.
Untuk menentukan lokasi, luas dan pada beberapa kasus, penyebab dari penyumbatan kandung empedu.

4.Cara Kerja
Anda dibaringkan terlentang pada meja penyinaran dan dipasang alat pengaman. Kemudian anda disuntik ddengan anestesi lokal.
Pada saat anda menahan nafas dan saat ekspirasi akhir, dokter memasukkan jarum pemandu ke hati dan perlahan-lahan menariknya saat dilakukan injeksi cairan kontras.
Dengan menggunakan fluoroskop dan alat monitor, dokter memeriksa opacifikasi saluran empedu dan melakukan penyinaran sambil anda dibantu untuk melakukan posisi yang berlainan. Kalau gambaran sinar-X yang diperlakukan sudah didapatkan, jarum dilepas.
Perawat akan memasang perban pada tempat tusukan.

5.Apa yang terjadi setelah tes????
Perawat akan mencek kondisi anda secara teratur
Anda harus tirah baring selama sedikitnya 6 jam setelah tes, lebih dianjurkan untuk berbaring miring ke sisi kanan. Ini akan membantu mencegah perdarahan.
Anda bisa kembali ke diet normal.

6.Kontraindikasi
Tes ini tidak boleh dilakukan pada penderita dengan kolangitis, asites masif, dan gangguan pembekuan darah yang tidak dapat dikoreksi atau alergi terhadap yodium.
Ini membawa resiko potensial terjadi perdarahan, septisemia, peritonitis empedu dan kebocoran cairan kontras pada rongga peritoneal.

7.Apa yang dimaksud dengan hasil yang normal????
Diameter saluran empedu harus normal dan tampak sebagai saluran yang regular terisi cairan kontras dengan rata.

8.Apa yang dimaksud dengan hasil yang abnormal????
Membedakan antara penyakit kuning obstruksi atau nonobstruksi tergantung apakah saluran empedu melebar ukurannya normal saja. Kuning obstruktif berkaitan dengan saluran yang melebar. Pada kuning yang nonobstruktif ukuran saluran empedu normal. Sumbatan mungkin disebabkan oleh batu empedu, kanker kandung empedu atau kanker pankreas.

G.ANGIOGRAFI PEMBULUH DARAH PERUT

1.Pengertian
Tes yang oleh dokter disebut anteriografi mesenteric dan celiac ini merupakan tes dengn sinar-X untuk memeriksa pembuluh darah perut setelah disuntik dengn cairan kontras khusus. Injeksi cairan kontras pada satu atau lebih arteri akan memberikan gambaran pembuluh darah perut. Injeksi pada cabang arteri khusus yang di namakan angiografi super selektif, memungkinkan pemeriksaan yang detail pada sebagian area.

2.Fungsi
Tes ini dilakukan untuk mengetahui sumber pendarahan gastrointestinal atau pemeriksaan barium, scanning ultrasonic, dan pemeriksaan nuklir atau tomografi terkomputer (CAT) scan menunjukan hasil yang tidak sesuai pada evaluasi kanker.
Ini juga digunakan untuk mengevaluasi sirosis dan hipertensi portal, untuk menemukan kerusakan pembuluh darah setelah terjadi trauma perut, dan untuk mendeteksi problem pembuluh darah.

3.Indikasi
Angiografi pada pembuluh darah perut mungkin dilakukan karena beberapa alas an berikut :
Untuk mengetahui letak sumber pendarahan gastrointestinal
Untuk membantu menentukan tumor jinak atau ganas
Untuk mengevaluasi sirosis dan hipertensi portal
Untuk mengevaluasi kerusakan pembuluh darah setelah terjadi trauma perut
Untuk mendeteksi kelainan-kelainan pada pembuluh darah lainya.

4.Cara Kerja
Anda berbaring terlentang pada meja penyinaran, dan perawat memasang infuse intravena
Perut anda disinar-X,dan denyut nadi anda dicek
Perawat membersihkan area injeksi dan mencukurnya
Dokter menginjeksikan obat anestesi local dan mencari letak arteri femoralis. Kemudian dokter memasukkan jarum dan memasukkan kateter menuju aorta, yaitu pembuluh darah yang terbesar
Selanjutnya, dokter menginjeksikan cairan kontras dan melakukan penyinaran sinar-X serial. Setelah injeksi pada satu atau lebih arteri besar, mungkin dapat dilakukan kateterisasi super selektif.
5.Kontraindikasi
Pada tes ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang terkena emboli.


KEPUSTAKAAN

_____Scanlon,Valerie C dan Sanders Tina.,2006.,BUKU AJAR ANATOMI & FISIOLOGI.,Jakarta :EGC.

_____Smeltzer,Suzanne C dan Bare Brenda G.,2001.,BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.,Jakarta : EGC.

GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN Pada Neonatus dan Bayi Palatoskisis

A.Pengertian
Palatoskisis adalah fissura garis tengah pada polatum yang terjadi karena kegagalan 2 sisi untuk menyatu karena perkembangan embriotik (Wong, Donna L. 2003). Istilah medis yang sering digunakan, Palatoschisis : palato berarti langit-langit dan schisis berarti celah.

B.Etiologi
Menurut smith dan Johnson, celah bibie terjadi pada 1 : 1000 kelahiran pada orang kulit putih sedangkan pada orang kulit hitam 1 : 788 kelahiran. Di Jerman bagian selatan dan Denmark terjadi pada 1 : 600-700 kelahiran.
Fogh anderson menemukan bahwa di Denmark terdapat 20% celah bibir dan langit-langit serta 25% hanya celah langit-langit. Selain itu celah wajah lebih banyak pada laki-laki (63%) daipada wanita (37%). Juga dikatakan bahwa terjadinya celah pada wajah sebelah kiri lebih sering daripada celah pada wajah sebelah kanan. Secara garis besar, faktor yang diduga menjadi penyebab terjadinya celah bibir dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :

1.Herediter
Brophy (1971) beberapa kasus anggota keluarga yang mempunyai kelainan wajah dan palatal yang terdapat pada beberapa generasi. Kelainan ini tidak selalu serupa, tetapi bervariasi antara celah bibir Unilateral dan Bilateral.
Pada beberapa contoh, tampaknya mengikuti Hukum Mendel dan pada kasus lainnya distribusi kelainan itu tidak beraturan. Schroder mengatakan bahwa 75% dari factor keturunan yang menimbulkan celah bibir adalah resesif dan hanya 25% bersifat dominan. Patten mengatakan bahwa pola penurunan herediter adalah sebagai berikut :

a.Mutasi gen
1)Ditemukan sejumlah sindroma/gejala menurut hukum Mendel secara tosomal,dominant,resesif dan X-Linked.
2)Pada otosomal dominan, orang tua yang mempunyai kelainan ini menghasilkan anak dengan kelainan yang sama.
3)Pada otosomal resesif adalah kedua orang tua normal tetapi sebagai pembawa gen abnormal
4)X-Linked adalah wanita dengan gen abnormal tidak menunjukan tanda-tanda kelainan sedangkan pada pria dengan gen abnormal menunjukan kelainan ini.

b.Faktor usia ibu
Dengan bertambahnya usia ibu sewaktu hamil, maka bertambah pula resiko dari ketidaksempurnaan pembelahan meiosis yang akan menyebabkan bayi dengan kehamilan trisomi. Wanita dilahirkan dengan kira-kira 400.000 gamet dan tidak memproduksi gamet-gamet baru selama hidupnya. Jika seorang wanita umur 35tahun maka sel-sel telurnya juga berusia 35 tahun. Resiko mengandung anak dengan cacat bawaan tidak bertambah besar sesuai dengan bertambahnya usia ibu.

c.Obat-obatan
Obat yang digunakan selama kehamilan terutama untuk mengobati penyakit ibu, tetapi hamper selalu janin yang tumbuh akan menjadi penerima obat. Penggunaan asetosal atau aspirin sebagai obat analgetik pada masa kehamilan trimeseter pertama dapat menyebabkan terjadinya celah bibir Beberapa obat yang tidak boleh dikonsumsi [rifampisin, fenasetin, sulfonamide, aminoglikosid, indometasin, asam flufetamat, ibu profen dan penisilamin, diazepam, kortikosteroid. Beberapa obat antihistamin yang digunakan sebagai antiemetik selama kehamilan dapat menyebabkan terjadinya celah langit-langit Obat-obat antineoplastik terbukti menyebabkan cacat ini pada binatang.

d.Nutrisi
Insidensi kasus celah bibir dan celah langit-langit lebih tinggi pada masyarakat golongan ekonomi kebawah penyebabnya diduga adalah kekurangan nutrisi.

e.Daya pembentukan embrio menurun
Celah bibir sering ditemukan pada anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang mempunyai anak banyak.

f.Penyakit infeksi
Penyakit sifilis dan virus rubella dapat menyebabkan terjadinya cleft lips dan cleft palate.

g.Radiasi
Efek teratogenik sinar pengion telah diakui dan diketahui dapat mengakibatkan timbulnya celah bibir dan celah langit-langit Efek genetic yaitu yang mengenai alat reproduksi yang akibatnya diturunkan pada generasi selanjutnya, dapat terjadi bila dosis penyinaran tidak menyebabkan kemandulan Efek genetic tidak mengenal ambang dosis
h.Stress Emosional
1)Korteks adrenal menghasilkan hidrokortison yang berlebih.
2)Pada binatang percobaan telah terbukti bahwa pemberian hidrokortison yang meningkat pada keadaan hamil menyebabkan cleft lips dan cleft palate.

i.Trauma
Celah bibir bukan hanya menyebabkan gangguan estetika wajah, tetapi juga dapat menyebabkan kesukaran dalam berbicara, menelan, pendengaran dan gangguan psikologis penderita beserta orang tuanya Permasalahan terutama terletak pada pemberian minum, pengawasan gizi dan infeksi Salah satu penyebab trauma adalah kecelakaan atau benturan pada saat hamil minggu kelima.
j.Campuran
a)Radiasi
Efek teratogenik sinar pengion jelas bahwa merupakan salah satu faktor lingkungan dimana dapat menyebabkan efek genetik yang nantinya bisa menimbulkan mutasi gen. Mutasi gen adalah faktor herediter.
b)Faktor usia ibu dan daya pembentukan embrio menurun
Bahwa dengan bertambahnya usia ibu waktu hamil daya pembentukan embrio pun akan menurun (factor lingkungan). Bertambah pula risiko dari ketidaksempurnaan pembelahan meiosis yang akan menyebabkan bayi dengan kelainan kromosom (faktor herediter).


C.Klasifikasi
Celah langit-langit (palatochisis), yaitu :
1.Celah langit-langit tidak lengkap
2.Celah langit-langit lengkap
3.Campuran : Labiogenatoschisis, terjadi di daerah bibir, langit-langit dan
hidung terbelah.

D.Patogenesis
Pertumbuhan dan perkembangan wajah serta rongga mulut merupakan suatu proses yang sangat kompleks. Bila terdapat gangguan pada waktu pertumbuhan dan perkembangan wajah serta mulut embrio, akan timbul kelainan bawaan (congenital).
Kelainan bawaan adalas suatu kelainan pada struktur, fungsi maupun metabolisme tubuh yang ditemukan pada bayi ketika dia dilahirkan. Salah satunya adalah celah bibir dan langit-langit. Kelainan wajah ini terjadi karena ada gangguan pada organogenesis antara minggu keempat sampai minggu kedelapan masa embrio.
Gangguan pertumbuhan ini tidak saja menyulitkan penderita, tetapi juga menimbulkan kesulitan pada orangtua, terutama ibu. Tidak saja dalam hal pemberian makan, tetapi juga efek psikologis karena mempunyai anak yang “tidak sempurna”. Beberapa teori yang menggambarkan terjadinya celah bibir:

1.Teori Fusi
Disebut juga teori kalsik. Pada akhir minggu keenam dan awal minggu ketujuh masa kehamilan, processus maxillaries berkembang kea rah depan menuju garis median, mendekati processus nasomedialis dan kemudian bersatu. Bila terjadi kegagalan fusi antara processus maxillaries dengan processus nasomedialis maka celah bibir akan terjadi.

2.Teori Penyusupan Mesodermal
Disebut juga teori hambatan perkembangan. Mesoderm mengadakan penyusunan menyebrangi celah sehingga bibir atas berkembang normal. Bila terjadi kegagalan migrasi mesodermal menyebrangi celah bibir akan terbentuk.

3.Teori Mesodermal sebagai Kerangka Membran Brankhial
Pada minggu kedua kehamilan, membran brankhial memrlukan jaringan mesodermal yang bermigrasi melalui puncak kepala dan kedua sisi ke arah muka. Bila mesodermal tidak ada maka dalam pertumbuhan embrio membran brankhial akan pecah sehingga akan terbentuk celah bibir.

4.Gabungan Teori Fusi dan Penyusupan Mesodermal
Patten, 1971, pertama kali menggabungkan kemungkinan terjadinya celah bibir, yaitu adanya fusi processus maxillaris dan penggabungan kedua processus nasomedialis yang kelak akan membentuk bibir bagian tengah.


E.Pathways

Faktor herediter

Kegagalan fase embrio

Akibat gagal prosesus maksilaris dan prosesus nasalis untuk menyatu

Kegagalan penyatuan Kegagalan penyatuan pada

Susunan palato Proses nasal medial dan maksilaris

Timbul celah pada garis tengah palato Terbentuknya bibir dan hidung

Labiopalatoskisis

Pre Operasi Pasca Operasi

Koping keluarga tidak efektif

Kerusakan komunikasi verbal

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Resiko Aspirasi

Nyeri

Resiko infeksi


F.Manifestasi Klinis
Pada Palato skisis ditemukan adanya tanda-tanda :
1.Tampak ada celah pada tekak (unla), palato lunak, keras dan faramen incisive.
2.Ada rongga pada hidung.
3.Distorsi hidung
4.Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksadn jari
5.Kesukaran dalam menghisap/makan.

G.Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada Palatoskisis adalah :
1.Gangguan bicara
2.Terjadinya atitis media
3.Aspirasi
4.Distress pernafasan
5.Resiko infeksi saluran nafas
6.Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
7.Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh atitis media rekureris sekunder akibat disfungsi tuba eustachius.
8.Masalah gigi
9.Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat kecacatan dan jaringan paruh.

H.Pemeriksaan Penunjang
1.Pemeriksaan Laboratorium dengan pemeriksaan prabedah rutin (misalnya hitung darah lengkap).
2.Pemeriksaan Diagnosis
a.Foto Rontgen
b.Pemeriksaan fisik
c.MRI untuk evaluasi abnormal
I.Penatalaksanaan
Perbedaan asal ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5 tahun. Pada kebanyakan kasus, pembedahan pada hidung hendaknya ditunda hingga mencapi usia pubertas. Karena celah-celah pada langit-langit mempunyai ukuran, bentuk danderajat cerat yang cukup besar, maka pada saat pembedahan, perbaikan harus disesuaikan bagi masing-masing penderita. Waktu optimal untuk melakukan pembedahan langit-langit bervariasi dari 6 bulan – 5 tahun. Jika perbaikan pembedahan tertunda hingga berumur 3 tahun, maka sebuah balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang geligi maksila sehingga kontraksi otot-otot faring dan velfaring dapat menyebabkan jaringan-jaringan bersentuhan dengan balon tadi untuk menghasilkan penutup nasoporing.
J.Perawatan Pra-Operasi:
1.Fasilitas penyesuaian yang positif dari orangtua terhadap bayi.
a.Bantu orangtua dalam mengatasi reaksi berduka
b.Dorong orangtua untuk mengekspresikan perasaannya.
c.Diskusikan tentang pembedahan
d.Berikan informasi yang membangkitkan harapan dan perasaan yang positif terhadap bayi.
e.Tunjukkan sikap penerimaan terhadap bayi.

2.Berikan dan kuatkan informasi pada orangtua tentang prognosis dan pengobatan bayi.
a.Tahap-tahap intervensi bedah
b.Teknik pemberian makan
c.Penyebab devitasi

3.Tingkatkan dan pertahankan asupan dan nutrisi yang adequate.
a.Fasilitasi menyusui dengan ASI atau susu formula dengan botol atau dot yang cocok.Monitor atau mengobservasi kemampuan menelan dan menghisap.
b.Tempatkan bayi pada posisi yang tegak dan arahkan aliran susu ke dinding mulut.
c.Arahkan cairan ke sebalah dalam gusi di dekat lidah.
d.Sendawkan bayi dengan sering selama pemberian makan
e.Kaji respon bayi terhadap pemberian susu.
f.Akhiri pemberian susu dengan air.

4.Tingkatkan dan pertahankan kepatenan jalan nafas
a.Pantau status pernafasan
b.Posisikan bayi miring kekanan dengan sedikit ditinggikan
c.Letakkan selalu alat penghisap di dekat bayi.

K.Perawatan Pasca-Operasi
1.Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adequate
a.Berikan makan cair selama 3 minggu mempergunakan alat penetes atau sendok.
b.Lanjutkan dengan makanan formula sesuai toleransi.
c.Lanjutkan dengan diet lunak
d.Sendawakan bayi selama pemberian makanan.
2.Tingkatkan penyembuhan dan pertahankan integritas daerah insisi anak.
a.Bersihkan garis sutura dengan hati-hati
b.Oleskan salep antibiotik pada garis sutura (Keiloskisis)
c.Bilas mulut dengan air sebelum dan sesudah pemberian makan.
d.Hindari memasukkan obyek ke dalam mulut anak sesudah pemberian makan untuk mencegah terjadinya aspirasi.
e.Pantau tanda-tanda infeksi pada tempat operasi dan secara sistemik.
f.Pantau tingkat nyeri pada bayi dan perlunya obat pereda nyeri.
g.Perhatikan pendarahan, cdema, drainage.
h.Monitor keutuhan jaringan kulit
i.Perhatikan posisi jahitan, hindari jangan kontak dengan alat-alat tidak steril, missal alat tensi
L.Dampak Yang Ditimbulkan
1.Adapun dampak yang ditimbulkan adalah :
a.Adanya celah pada bibir dan langit
b.angguan mengisap atau makan
c.OMP/ISPA yang dapat mengakibatkan tuli. Dikarenakan tidak berfungsi dengan baik saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan kerangka
d.Suara sengau : Hypernasal resonance karena gangguan fonasi bicara
e.Pertumbuhan gigi terganggu
f.Psikologis orangtua dan anak
a. Orangtua merasa berdosa
b.Anak merasa kurang percaya diri
g.Gangguan nutrisi/gizi
h.Sering disertai infeksi pada mulut
i.Gangguan berbicara
j.Disebabkan karena otot-otot yang digunakan berbicara mengalami penurunan
k.fungsi karena adanya celah
Wajah yang tidak normal :
a.Lubang hidung asimetris
b.Gigi tumbuh abnormal dan tidak teratur
c.Pertumbuhan tulang muka asimetris


KEPUSTAKAAN

___Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC.
___Hidayat, Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
___Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak bagian 2. Jakarta; Fajar Interpratama.
___Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.
___Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EEC.
___Wong, Dona L.2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatik. Jakarta : EEC.
___Sumber : Betz, Cecily,. 2002. Keperawatan Pedriatik. Jakarta ; EEC

Gangguan Sistem Pencernaan Pada Anak (Desentri)

A.Pengertian

Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas, tinja lendir bercampur darah
Gejala-gejala disentri antara lain adalah:
a)Buang air besar dengan tinja berdarah
b)Diare encer dengan volume sedikit
c)Buang air besar dengan tinja bercampur lender (mucus)
d)Nyeri saat buang air besar (tenesmus)

B.Etiologi

a)Bakteri (Disentri basiler)
Shigella, penyebab disentri yang terpenting dan tersering (± 60% kasus disentri yang dirujuk serta hampir semua kasus disentri yang berat dan mengancam jiwa disebabkan oleh Shigella.
b)Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
c)Salmonella
d)Campylobacter jejuni, terutama pada bayi
e)Amoeba (Disentri amoeba), disebabkan Entamoeba hystolitica, lebih sering pada anak usia > 5 tahun
f)Patogenesis
g)Transmisi : fecal-oral, melalui : makanan / air yang terkontaminasi, person-to-person contact.
h)Disentri basiler
i)Shigella dan EIEC

C.Patofisiologi

1.S.dysenteriae serotype 1
MO --> kolonisasi di ileum terminalis/kolon, terutama kolon distal  invasi ke sel epitel mukosa usus --> multiplikasi --> penyebaran intrasel dan intersel --> produksi enterotoksin --> ↑ cAMP --> hipersekresi usus (diare cair, diare sekresi).--> produksi eksotoksin (Shiga toxin) --> sitotoksik --> infiltrasi sel radang --> nekrosis sel epitel mukosa --> ulkus-ulkus kecil --> eritrosit dan plasma keluar ke lumen usus --> tinja bercampur darah.--> invasi ke lamina propia ? --> bakteremia (terutama pada infeksi S.dysenteriae serotype 1.

2.Salmonella
MO --> kolonisasi di jejunum/ileum/kolon --> invasi ke sel epitel mukosa usus --> invasi ke lamina propia --> infiltrasi sel-sel radang --> sintesis Prostaglandin --> produksi heat-labile cholera-like enterotoksin --> invasi ke Plak Peyeri --> penyebaran ke KGB mesenterium -->hipertrofi --> penurunan aliran darah ke mukosa --> nekrosis mukosa --> ulkus menggaung --> eritrosit dan plasma keluar ke lumen --> tinja bercampur darah.

3.Campylobacter jejuni
MO --> kolonisasi di jejunum/ileum/kolon --> invasi ke sel epitel mukosa usus --> invasi ke lamina propia --> infiltrasi sel-sel radang --> Prostaglandin --> produksi heat-stabile cholera-like enterotoksin --> produksi sitotoksin ?? --> nekrosis mukosa --> ulkus --> eritrosit dan plasma keluar ke lumen --> tinja bercampur darah.--> masuk ke sirkulasi (bakteremia).

4.Disentri amoeba
Bentuk histolitika (trofozoit) --> invasi ke sel epitel mukosa usus --> produksi enzim histolisin  nekrosis jaringan mukosa usus --> invasi ke jaringan submukosa --> ulkus amoeba --> ulkus melebar dan saling berhubungan membentuk sinus-sinus submukosa --> kerusakan permukaan absorpsi  malabsorpsi --> ↑ massa intraluminal --> tekanan osmotik intraluminal --> diare osmotik.

D.Manifestasi Klinis

1.Disentri basiler
Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan darah dan lendir dalam tinja. Gejala-gejala yang timbul :
a.Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan toksik.
b.Muntah-muntah.
c.Anoreksia.
d.Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB.
e.Kadang-kadang disertai dengan gejala menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi).

2.Disentri amoeba
Gejala-gejala yang timbul :
a.Diare disertai darah dan lendir dalam tinja.
b.Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit daripada disentri basiler (≤10x/hari)
Sakit perut hebat (kolik)
c.Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3 kasus).

E.Diagnosis

Diagnosis klinis dapat ditegakkan semata-mata dengan menemukan tinja bercampur darah. Diagnosis etiologi biasanya sukar ditegakkan. Penegakan diagnosis etiologi melalui gambaran klinis semata sukar, sedangkan pemeriksaan biakan tinja untuk mengetahui agen penyebab seringkali tidak perlu dilakukan karena memakan waktu lama (minimal 2 hari) dan umumnya gejala membaik dengan terapi antibiotika empiris.

F.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan :
1.Pemeriksaan tinja
Makroskopis : suatu disentri amoeba dapat ditegakkan bila ditemukan bentuk trofozoit dalam tinja
2.Benzidin test
Mikroskopis : leukosit fecal (petanda adanya kolitis), darah fecal .
3.Biakan tinja :
4.Media : agar MacConkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar SS.
5.Pemeriksaan darah rutin : leukositosis (5.000 – 15.000 sel/mm3), terkadang dapat ditemukan leukopenia.

G.Komplikasi
1.Dehidrasi
2.Gangguan elektrolit, terutama hiponatremia
3.Kejang
4.Protein loosing enteropathy
5.Sepsis dan DIC
6.Sindroma Hemolitik Uremik
7.Malnutrisi/malabsorpsi
8.Hipoglikemia
9.Prolapsus rektum
10.Reactive arthritis
11.Sindroma Guillain-Barre
12.Ameboma
13.Megakolon toksik
14.Perforasi lokal
15.Peritonitis

H.Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan yang dilakukan adalah :
1.Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status gizi kurang, lakukan pemeriksaan darah (bila memungkinkan disertai dengan biakan darah) untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai adanya sepsis, berikan terapi sesuai penatalaksanaan sepsis pada anak. Waspadai adanya syok sepsis.

2.Komponen terapi disentri
a.Koreksi dan maintenance cairan dan elektrolit
Seperti pada kasus diare akut secara umum, hal pertama yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan disentri setelah keadaan stabil adalah penilaian dan koreksi terhadap status hidrasi dan keseimbangan elektrolit

b.Diet
Anak dengan disentri harus diteruskan pemberian makanannya. Berikan diet lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi. Dosis tunggal tinggi vitamin A (200.000 IU) dapat diberikan untuk menurunkan tingkat keparahan disentri, terutama pada anak yang diduga mengalami defisiensi. Untuk mempersingkat perjalanan penyakit, dapat diberikan sinbiotik dan preparat seng oral8,9. Dalam pemberian obat-obatan, harus diperhatikan bahwa obat-obat yang memperlambat motilitas usus sebaiknya tidak diberikan karena adanya risiko untuk memperpanjang masa sakit.

c.Antibiotika
Anak dengan disentri harus dicurigai menderita shigellosis dan mendapatkan terapi yang sesuai. Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi masa sakit dan menurunkan risiko komplikasi dan kematian.
Pilihan utama untuk Shigelosis (menurut anjuran WHO) : Kotrimoksazol (trimetoprim 10mg/kbBB/hari dan sulfametoksazol 50mg/kgBB/hari) dibagi dalam 2 dosis, selama 5 hari.
Dari hasil penelitian, tidak didapatkan perbedaan manfaat pemberian kotrimoksazol dibandingkan plasebo 10.
Alternatif yang dapat diberikan :
o Ampisilin 100mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
o Cefixime 8mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
o Ceftriaxone 50mg/kgBB/hari, dosis tunggal IV atau IM
o Asam nalidiksat 55mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis.
Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit dan darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll. Bila dalam 2 hari tidak terjadi perbaikan, antibiotik harus dihentikan dan diganti dengan alternatif lain.
Terapi antiamebik diberikan dengan indikasi :
o Ditemukan trofozoit Entamoeba hystolistica dalam pemeriksaan mikroskopis tinja.
o Tinja berdarah menetap setelah terapi dengan 2 antibiotika berturut-turut (masing-masing diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk disentri basiler.
Terapi yang dipilih sebagai antiamebik intestinal pada anak adalah Metronidazol 30-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis selama 10 hari. Bila disentri memang disebabkan oleh E. hystolistica, keadaan akan membaik dalam 2-3 hari terapi.


d. Sanitasi
Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan dengan bersih sehabis membersihkan tinja anak untuk mencegah autoinfeksi.
Seorang anak rekan saya terkena disentri, karenanya untuk pencegahan dan pengobatan saya posting artikel tentang disentri yang ditulis oleh Ibu Ida Arimurti. Untuk pencegahan, jaga kebersihan, hindari mengkonsumsi makanan kurang bersih, cuci tangan sebelum makan dan masak, jangan main di tempat kotor.


I.Pengobatan
1.Dokter akan memberikan antibiotik sesuai dengan gambaran klinis diare, tes laboratorium diperlukan untuk mengetahui tanda2 ketahanan kuman dan jenis disentri. Namun biasanya dokter akan memberikan antibiotik selama 5-7 hari.
2.Pemberian makanan untuk penderita disentri haruslah yang lunak dan tidak memiliki rasa yang tajam, serta harus berprotein tinggi karena diperlukan untuk proses penyembuhan, pemberian air minum yang banyak sangat dianjurkan agar tidak terjadi dehidrasi.
3.Kondisi bertambah parah
Apabila kondisi si sakit makin lemah, tidur terus menerus, perut kembung,demam tak kunjung turun, diare yang makin sering disertai darah yang banyak segeralah
bawa anak ke rumah sakit mungkin telah terjadi komplikasi, dalam hal ini maka
pasien perlu penangan lebih jauh dan perawatan intensif di rumah sakit.


KEPUSTAKAAN

_____Smeltzer,Suzanne C dan Bare Brenda G.,2001.,BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH.,Jakarta : EGC.

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN

Diagram Anatomi-Diagram sistem pencernaan manusia :

1.Digestive arrangement diagram

2.Salivary gland

3.Parotid

4.Submandibularis (lower jaw)

5.Sublingualis (under the tongue)

6.Oral atrium

7.[[Pharynx]

8.Tongue

9.Esophagus

10.Pancreas

11.Stomach

12.Pancreatic aqueduct

13.Heart

14.Gall float

15.Duodenal

16.Bile ducts

17.Kolon

18.Transverse colon

19.Kolon ascenden

20.Kolon descenden

21.Ileum

22.Cecum

23.Appendix

24.Rectum

25.Anus



Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.

A. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.

B. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk.
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang
Keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium
Tekak terdiri dari; Bagian superior =bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian media = bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga,Bagian media disebut orofaring,bagian ini berbatas kedepan sampai diakar lidah bagian inferior disebut laring gofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.

C. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: οiσω, oeso - "membawa", dan έφαγον, phagus - "memakan").
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi.
Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
 bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
 bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
 serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).


D. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Terdiri dari 3 bagian yaitu
 Kardia.
 Fundus.
 Antrum.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)

E. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan lapisan serosa ( Sebelah Luar )
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.

2. Usus Kosong (jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium.
Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya kelenjar Brunner. Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara makroskopis.
Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti "lapar" dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari bahasa Laton, jejunus, yang berarti "kosong".
3. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.

F. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Usus besar terdiri dari :
Kolon asendens (kanan)
Kolon transversum
Kolon desendens (kiri)
Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.

G. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, "buta") dalam istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.

H. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Dalam anatomi manusia, umbai cacing atau dalam bahasa Inggris, vermiform appendix (atau hanya appendix) adalah hujung buntu tabung yang menyambung dengan caecum.
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda - bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial (sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi dalam sistem limfatik.
Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai appendektomi.

I. Rektum dan anus
Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar - BAB), yang merupakan fungsi utama anus.

J. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu :
Asini, menghasilkan enzim-enzim pencernaan
Pulau pankreas, menghasilkan hormon
Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.

K. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Dia juga memproduksi bile, yang penting dalam pencernaan. Istilah medis yang bersangkutan dengan hati biasanya dimulai dalam hepat- atau hepatik dari kata Yunani untuk hati, hepar.
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
L. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap - bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu.
Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu:
1.Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
2.Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol.

Sistem Saraf

A.Sistem Saraf

1.Pengertian
Sistem Saraf adalah salah satu system pengaturan yang berpusat di otak, dimana terdapat impuls elektrokimia pada sistm saraf yang memungkinkan untuk memperoleh informaasi tentang lingkungan eksternal maupun internal dan melakukan apapun yang diperlukan untuk mempertahankan homeostasis.
Sumber lain mengatakan bahwa Sistem Saraf adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menerima dan merespon rangsangan. Terdiri dari otak, saraf tulang belakang, simpul-simpul syaraf dan serabut syaraf.
Sistem saraf dibina lebih dari 80 jaringan saraf utama. Setiap jaringan saraf tersusun atas 1 juta neuron, yaitu unit fungsional sistem saraf (sel-sel saraf).
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistern ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai hubungan kerja seperti mata rantai (berurutan) antara reseptor dan efektor.
Reseptor adalah satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh.
Efektor adalah sel atau organ yang menghasilkan tanggapan terhadap rangsangan. Contohnya otot dan kelenjar. Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan. Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson (neurit). Setiap neuron hanya mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel.
Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang merupakan kumpulan sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang membentuk selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin.
Membran plasma sel Schwann disebut neurilemma. Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls.
Sistem saraf tersusun dari berjuta-juta sel saraf. Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu sel saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf intermediet (asosiasi).
Sel saraf sensori
Fungsi sel saraf sensori adalah menghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
Sel saraf motor
Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
Sel saraf intermediet
Sel saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya.
Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung dan membentuk urat saraf. Sedangkan badan sel saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf.

2.Fungsi Sistem Saraf
Dalam system saraf mempunyai banyak fungsi, yaitu sebagai berikut :
a.Mendeteksi perubahan dan mendatangkan sensasi.
Misalnya saat kita masih kanak-kanak untuk tidak menyentuh kompor atau sumber panas yang lain yang berpotensi membahayakan. Karena anak-anak sangat ingin tahu. Akibatnya? Menyentuh kompor panas membuat anak berespon dengan segera menarik jarinya, dan hal ini membekaskan ingatan tentang rasa sakit pada jari tangan.
b.Memulai respon yang tepat terhadap perubahan
c.Pusat pengaturan aktifitas tubuh seperti ingatan, kemauan, pengatauran indra, intelek dll.
d.Memulai respon yang tepat terhadap perubahan
e.Megorganisasi informasi untuk penggunaan segera dan menyimpannya untuk masa mendatang.
f.Menerima informasi dari dalam maupun dari luar melalui afferent sensory pathway.
g.Mengkomunikasikan informasi antara sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat.
h.Mengolah informasi yang diterima baik ditingkat saraf (refleks) maupun di otak untuk menentukan respon yang tepat dengan situasi yang dihadapi.
i.Menghantarkan informasi secara cepat melalui efferent pathway (motorik) ke organ-organ tubuh sebagai kontrol atua modifikasi tindakan.
j.Sebagai alat penerima rangsang (informasi), berupa perubahan yang terjadi dilingkungan.
k.Sebagai alat pengatur dan memproses informasi yang di terima.
l.Mengatur dan member tanggapan (respon) dalam bentuk gerakan atau reaksi kelenjar.


3.Proses Gerak Sadar
Gerak sadar mempunyai mekanisme yang berbeda dengan gerak refleks. Mekanisme gerak sadar dimulai dari diterimanya rangsang oleh reseptor kemudian diteruskan melalui saraf sensoris ke otak.
Oleh otak rangsang akan diteruskan melalui saraf motoris ke efektor.
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.
Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:
1.Tiga pasang saraf sensori, yaitu saraf nomor 1, 2, dan 8
2.Lima pasang saraf motor, yaitu saraf nomor 3, 4, 6, 11, dan 12
3.Empat pasang saraf gabungan sensori dan motor, yaitu saraf nomor 5, 7, 9, dan 10.
Saraf otak dikhususkan untuk daerah kepala dan leher, kecuali nervus vagus yang melewati leher ke bawah sampai daerah toraks dan rongga perut. Nervus vagus membentuk bagian saraf otonom.
Oleh karena daerah jangkauannya sangat luas maka nervus vagus disebut saraf pengembara dan sekaligus merupakan saraf otak yang paling penting.
Saraf sumsum tulang belakang berjumlah 31 pasang saraf gabungan.

Berdasarkan asalnya, saraf sumsum tulang belakang dibedakan atas 8 pasang saraf leher, 12 pasang saraf punggung, 5 pasang saraf pinggang, 5 pasang saraf pinggul, dan satu pasang saraf ekor.
Beberapa urat saraf bersatu membentuk jaringan urat saraf yang disebut pleksus. Ada 3 buah pleksus yaitu sebagai berikut :
a.Pleksus cervicalis merupakan gabungan urat saraf leher yang mempengaruhi bagian leher, bahu, dan diafragma.
b.Pleksus brachialis mempengaruhi bagian tangan.
c.Pleksus Jumbo sakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki.

4.Gerak Refleks
Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat dikatakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Dimana gerak refleks ini merupakan gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen dari neuron sensorik ,interneuron, dan neuron motorik, yang mengalirkan impuls saraf untuk tipe refleks tertentu. Gerak refleks yang paling sederhanahanya memerlukandua tipe sel saraf, yaitu neuron sensorik dan neuron motorik. Gerak refleks bekerja bukanlah dibawah kesadaran dan kemauan seseorang.
Pada gerak refleks, impuls melalui jalan pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung (asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut lengkung refleks. Gerak refleks dapat dibedakan atas refleks otak bila saraf penghubung (asosiasi) berada di dalam otak, misalnya, gerak mengedip atau mempersempit pupil bila ada sinar dan refleks sumsum tulang belakang bila set saraf penghubung berada di dalam sumsum tulang belakang misalnya refleks pada lutut
Gerak refleks adalah gerak yang dihasilkan oleh jalur saraf yang paling sederhana. Jalur saraf ini dibentuk oleh sekuen neuron sensor,interneuron,dan neuron motor,yang mngalirkan impuls saraf untuk tipe reflek tertentu.Gerak refleks yang paling sederhana hanya memerlukan dua tipe sel sraf yaitu neuron sensor dan neuron motor.
Gerak refleks disebabkan oleh rangsangan tertentu yang biasanya mengejutkan dan menyakitkan. Misalnya bila kaki menginjak paku,secara otomatis kita akan menarik kaki dan akan berteriak. Refleks juga terjadi ketika kita membaui makanan enak , dengan keluarnya air liur tanpa disadari.

5.Proses Kerja Saraf Otonom
Sistem saraf tak sadar disebut juga saraf otonom adalah sistem saraf yang bekerja tanpa diperintah oleh sistem saraf pusat dan terletak khusus pada sumsum tulang belakang. Sistem saraf otonom terdiri dari neuron-neuron motorik yang mengatur kegiatan organ-organ dalam, misalnya jantung, paru-paru, ginjal, kelenjar keringat, otot polos sistem pencernaan, otot polos pembuluh darah. Berdasarkan sifat kerjanya, sistem saraf otonom dibedakan menjadi dua yaitu saraf simpatik dan saraf parasimpatik. Saraf simpatik memiliki ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang yang menempel pada sumsum tulang belakang, sehingga memilki serabut pra-ganglion pendek dan serabut post ganglion yang panjang. Serabut pra-ganglion yaitu serabut saraf yang yang menuju ganglion dan serabut saraf yang keluar dari ganglion disebut serabut post-ganglion. Saraf parasimpatik berupa susunan saraf yang berhubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Sebelum sampai pada organ serabut saraf akan mempunyai sinaps pada sebuah ganglion seperti pada bagan berikut. Saraf parasimpatik memiliki serabut pra-ganglion yang panjang dan serabut post-ganglion pendek. Saraf simpatik dan parasimpatik bekerja pada efektor yang sama tetapi pengaruh kerjanya berlawanan sehingga keduanya bersifat antagonis.

Senin, 05 April 2010

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

Anatomi dan Fisiologi Sistem Endokrin
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf.
Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
A. Struktur
Terdapat dua tipe kelenjar yaitu eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh, seperti kulit, atau organ internal, seperti lapisan traktus intestinal. Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas (kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara, dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah. Kelenjar endokrin termasuk :1. Pulau Langerhans pada Pankreas2. Gonad (ovarium dan testis)3. Kelenjar adrenal, hipofise, tiroid dan paratiroid, serta timusB. Hormon dan fungsinya Kata hormon berasal dari bahasa Yunani hormon yang artinya membuat gerakan atau membangkitkan. Hormon mengatur berbagai proses yang mengatur kehidupan. Sistem endokrin mempunyai lima fungsi umum :1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang2. Menstimulasi urutan perkembangan3. Mengkoordinasi sistem reproduktif4. Memelihara lingkungan internal optimal5. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi daruratC. Klasifikasi Dalam hal struktur kimianya, hormon diklasifikasikan sebagai hormon yang larut dalam air atau yang larut dalam lemak. Hormon yang larut dalam air termasuk polipeptida (mis., insulin, glukagon, hormon adrenokortikotropik (ACTH), gastrin) dan katekolamin (mis., dopamin, norepinefrin, epinefrin)Hormon yang larut dalam lemak termasuk steroid (mis., estrogen, progesteron, testosteron, glukokortikoid, aldosteron) dan tironin (mis., tiroksin). Hormon yang larut dalam air bekerja melalui sistem mesenger-kedua, sementara hormon steroid dapat menembus membran sel dengan bebas.D. Karakteristik Meskipun setiap hormon adalah unik dan mempunyai fungsi dan struktur tersendiri, namun semua hormon mempunyai karakteristik berikut.Hormon disekresi dalam salah satu dari tiga pola berikut (1) sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam. Kortisol adalah contoh hormon diurnal. Kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan turun pada malam hari. (2) Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang waktu tertentu, seperti bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan puncak dan lembahnya menyebabkan siklus menstruasi. (3) Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada kadar subtrat lainnya. Hormon paratiroid disekresi dalam berespons terhadap kadar kalsium serum.
Hormon bekerja dalam sistem umpan balik. Loop umpan balik dapat positif atau negatif dan memungkinkan tubuh untuk dipertahankan dalam situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol laju aktivitas selular. Hormon tidak mengawali perubahan biokimia. Hormon hanya mempegaruhi sel-sel yang mengandung reseptor yang sesuai, yang melalukan : fungsi spesifik. Hormon mempunyai fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan hormon dari satu kelenjar sering merangsang pelepasan hormone dari kelenjar lainnya. Hormone secara konstan di reactivated oleh hepar atau mekanisme lain dan diekskresi oleh ginjal.
E. RegulasiPeran hipotalamus dan kelenjar hipofiseDua kelenjar endokrin yang utama hádala hipotalamus dan hipofise. Aktivitas endokrin dikontrol secara langsung dan tak langsung oleh hipotalamus, yang menghubungkan sistem persarafan dengan sistem endokrin. Dalam berespons terhadap input dari area lain dalam otak dan dari hormon dalam dalam darah, neuron dalam hipotalamus mensekresi beberapa hormon realising dan inhibiting. Hormon ini bekerja pada sel-sel spesifik dalam kelenjar pituitary yang mengatur pembentukan dan sekresi hormon hipofise. Hipotalamus dan kelenjar hipofise dihubungkan oleh infundibulum.Hormon yang disekresi dari setiap kelenjar endokrin dan kerja dari masing-masing hormon. Perhatikan bahwa setiap hormon yang mempengaruhi organ dan jaringan terletak jauh dari tempat kelenjar induknya. Misalnya oksitosin, yang dilepaskan dari lobus posterior kelenjar hipofise, menyebabkan kontraksi uterus. Hormon hipofise yang mengatur sekresi hormon dari kelenjar lain disebut hormon tropik. Kelenjar yang dipengaruhi oleh hormon disebut kelenjar target.Sistem umpan balikKadar hormon dalam darah juga dikontrol oleh umpan balik negatif manakala kadar hormon telah mencukupi untuk menghasilkan efek yang dimaksudkan, kenaikan kadar hormon lebih jauh dicegah oleh umpan balik negatif. Peningkatan kadar hormon mengurangi perubahan awal yang memicu pelepasan hormon. Misalnya peningkatan sekresi ACTH dari kelenjar pituitari anterior merangsang peningkatan pelepasan kortisol dari korteks adrenal, menyebabkan penurunan pelepasan ACTH lebih banyak. Kadar substansi dalam darah selain hormon juga memicu pelepasan hormon dan dikontrol melalui Sistem umpan balik. Pelepasan insulin dari pulau langerhan di pankreas didorong oleh kadar glukosa darah.Aktivasi sel-sel targetManakala hormon mencapai sel target, hormon akan mempengaruhi cara sel berfungsi dengan satu atau dua metoda, pertama melalui penggunaan mediator intraselular dan kedua mengaktifkan gen-gen di dalam sel. Salah satu mediator intraselular adalah cyclic adenosine monophosphate (cAMP), yang berikatan dengan permukaan dalam dari membran sel. Ketika hormon melekat pada sel, kerja sel akan mengalami sedikit perubahan. Misalnya, ketika hormon pankreatik glukagon berikatan dengan sel-sel hepar, kenaikan kadar AMP meningkatkan pemecahan glikogen menjadi glukosa. Jika hormon mengaktifkan sel dengan berinteraksi dengan gen, gen akan mensitesa mesenger RNA (mRNA) dan pada akhirnya protein (mis., enzim, steroid). Substansi ini mempengaruhi reaksi dan proses selular.1. Struktur dan fungsi hipotalamusHipotalamus terletak di batang otak tepatnya di dienchepalon, dekat dengan ventrikel otak ketiga (ventrikulus tertius) Hipotalamus sebagai pusat tertinggi sistem kelenjar endokrin yang menjalankan fungsinya melalui humoral (hormonal) dan saraf. Hormon yang dihasilkan hipotalamus sering disebut faktor R dan I mengontrol sintesa dan sekresi hormon hipofise anterior sedangkan kontrol terhadap hipofise posterior berlangsung melalui kerja saraf. Pembuluh darah kecil yang membawa sekret hipotalamus ke hipofise disebut portal hipotalamik hipofise. Hormon-hormon hipotalamus antara lain:a. ACTH : Adrenocortico Releasing Hormonb. ACIH : Adrenocortico Inhibiting Hormonc. TRH : Tyroid Releasing Hormpnd. TIH : Tyroid Inhibiting Hormone. GnRH : Gonadotropin Releasing Hormonf. GnIH : Gonadotropin Inhibiting Hormong. PTRH : Paratyroid Releasing Hormonh. PTIH : Paratyroid Inhibiting Hormoni. PRH : Prolaktin Releasing Hormonj. PIH : Prolaktin Inhibiting Hormonk. GRH : Growth Releasing Hormonl. GIH : Growth Inhibiting Hormonm. MRH : Melanosit Releasing Hormonn. MIH : Melanosit Inhibiting Hormon
Hipotalamus sebagai bagian dari sistem endokrin mengontrol sintesa dan sekresi hormon-hormon hipofise. Hipofise anterior dikontrol oleh kerja hormonal sedang bagian posterior dikontrol melalui kerja saraf.
2. Struktur dan Fungsi Hipofise
Hipofise terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii. Berbentuk oval dengan diameter kira-kira 1 cm dan dibagi atas dua lobus Lobus anterior, merupakan bagian terbesar dari hipofise kira-kira 2/3 bagian dari hipofise. Lobus anterior ini juga disebut adenohipofise. Lobus posterior, merupakan 1/3 bagian hipofise dan terdiri dari jaringan saraf sehingga disebut juga neurohipofise. Hipofise stalk adalah struktur yang menghubungkan lobus posterior hipofise dengan hipotalamus. Struktur ini merupakan jaringan saraf.
Lobus intermediate (pars intermediate) adalah area diantara lobus anterior dan posterior, fungsinya belum diketahui secara pasti, namun beberapa referensi yang ada mengatakan lobus ini mungkin menghasilkan melanosit stimulating hormon (MSH). Secara histologis, sel-sel kelenjar hipofise dikelompokan berdasarkan jenis hormon yang disekresi yaitu:
a. Sel-sel somatotrof bentuknya besar, mengandung granula sekretori, berdiameter 350-500 nm dan terletak di sayap lateral hipofise. Sel-sel inilah yang menghasilkan hormon somatotropin atau hormon pertumbuhan.
b. Sel-sel lactotroph juga mengandung granula sekretori, dengan diameter 27-350 nm, menghasilkan prolaktin atau laktogen.
c. Sel-sel Tirotroph berbentuk polihedral, mengandung granula sekretori dengan diameter 50-100 nm, menghasilkan TSH.
d. Sel-sel gonadotrof diameter sel kira-kira 275-375 nm, mengandung granula sekretori, menghasilakan FSH dan LH. Ssel-sel kortikotrof diameter sel kira-kira 375-550 nm, merupakan granula terbesar, menghasilkan ACTH.
e. Sel nonsekretori terdiri atas sel kromofob. Lebih kurang 25% “sel kelenjar hipofise tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan yang lazim digunakan dan karena itu disebut sel-sel kromofob. Pewarnaan yang sering dipakai adalah carmosin dan erytrosin. Sel foli-kular adalah sel-sel yang berfolikel.Hipofise menghasilkan hormon tropik dan nontropik. Hormon tropik akan mengontrol sintesa dan sekresi hormon kelenjar sasaran sedangkan hormon nontropik akan bekerja langsung pada organ sasaran. Kemampuan hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol langsung aktivitas kelenjar endokrin lain menjadikan hipofise dijuluki master of gland.3. Struktur dan Fungsi Kelenjar TiroidKelenjar tiroid terletak pada leher bagian depan, tepat di bawah kartilago krikoid, disamping kiri dan kanan trakhea. Pada orang dewasa beratnya lebih kurang 18 gram. Kelenjar ini terdiri atas dua lobus yaitu lobus kiri kanan yang dipisahkan oleh isthmus. Masing-masing lobus kelenjar ini mempunyai ketebalan lebih kurang 2 cm, lebar 2,5 cm dan panjangnya 4 cm. Tiap-tiap lobus mempunyai lobuli yang di masing-masing lobuli terdapat folikel dan parafolikuler. Di dalam folikel ini terdapat rongga yang berisi koloid dimana hormon-hormon disintesa.kelenjar tiroid mendapat sirkulasi darah dari arteri tiroidea superior dan arteri tiroidea inferior. Arteri tiroidea superior merupakan percabangan arteri karotis eksternal dan arteri tiroidea inferior merupakan percabangan dari arteri subklavia.Lobus kanan kelenjar tiroid mendapat suplai darah yang lebih besar dibandingkan dengan lobus kiri. Dipersarafi oleh saraf adrenergik dan kolinergik. saraf adrenergik berasal dari ganglia servikalis dan kolinergik berasal dari nervus vagus.
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan sedikit kalsitonin. Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin dihasilkan oleh parafolikuler. Bahan dasar pembentukan hormon-hormon ini adalah yodium yang diperoleh dari makanan dan minuman. Yodium yang dikomsumsi akan diubah menjadi ion yodium (yodida) yang masuk secara aktif ke dalam sel kelenjar dan dibutuhkan ATP sebagai sumber energi. Proses ini disebut pompa iodida, yang dapat dihambat oleh ATP-ase, ion klorat dan ion sianat.
Sel folikel membentuk molekul glikoprotein yang disebut Tiroglobulin yang kemudian mengalami penguraian menjadi mono iodotironin (MIT) dan Diiodotironin (DIT). Selanjutnya terjadi reaksi penggabungan antara MIT dan DIT yang akan membentuk Tri iodotironin atau T3 dan DIT dengan DIT akan membentuk tetra iodotironin atau tiroksin (T4). Proses penggabungan ini dirangsang oleh TSH namun dapat dihambat oleh tiourea, tiourasil, sulfonamid, dan metil kaptoimidazol. Hormon T3 dan T4 berikatan dengan protein plasma dalam bentuk PBI (protein binding Iodine). Fungsi hormon-hormon tiroid antara adalah:
a. Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya meningkatkan metabolisme karena peningkatan komsumsi oksigen dan produksi panas. Efek ini pengecualian untuk otak, lien, paru-paru dan testes
b. Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya tetapi waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit jumlahnya dalam darah. T4 dapat dirubah menjadi T3 setelah dilepaskan dari folikel kelenjar.
c. Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf dan tulang
d. Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
e. Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.f. Merangsang pembentukan sel darah merahg. Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernapasan sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen akibat metabolisme h. Bereaksi sebagai antagonis insulinTirokalsitonin mempunyai jaringan sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorpsi kalsium di tulang. Faktor utama yang mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium serum. Kadar kalsium serum yang rendah akan menekan ;pengeluaran tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet kalsium dan sekresi gastrin di lambung.
4. Struktur dan Fungsi Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua lobus kelenjar tiroid oleh karenanya kelenjar paratiroid berjumlah empat buah. Kelenjar ini terdiri dari dua jenis sel yaitu chief cells dan oxyphill cells. Chief cells merupakan bagian terbesar dari kelenjar paratiroid, mensintesa dan mensekresi hormon paratiroid atau parathormon disingkat PTH.
Parathormon mengatur metabolisme kalsium dan posfat tubuh. Organ :argetnya adalah tulang, ginjal dan usus kecil (duodenum). Terhadap tulang, PTH mempertahankan resorpsi tulang sehingga kalsium serum :neningkat. Di tubulus ginjal, PTH mengaktifkan vitamin D. Dengan vitamin D yang aktif akan terjadi peningkatan absorpsi kalsium dan posfat dari intestin. Selain itu hormon inipun akan meningkatkan reabsorpsi Ca dan Mg di tubulus ginjal, meningkatkan pengeluaran Posfat, HCO3 dan Na. karena sebagian besar kalsium disimpan di tulang maka efek PTH lebih besar terhadap tulang. Factor yang mengontrol sekresi PTH adalah kadar kalsium serum di samping tentunya PTSH
5. Struktur dan fungsi kelenjar Pankreas
Pankreas terletak di retroperiotoneal rongga abdomen bagian atas, dan terbentang horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjang sekitar 10-20 cm dan lebar 2,5-5 cm. mendapat pasokan darah dari arteri mensenterika superior dan splenikus.
Pankrea berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya sebagai organ endokrin didukung oleh pulau-pulau Langerhans. Pulau-pulau Langerhans terdiri tiga jenis sel yaitu; sel alpha yang menghasilkan yang menghasilkan glukoagon, sel beta yang menghasilkan insulin, dan sel deltha yang menghasilkan somatostatin namun fungsinya belum jelas diketahui.
Organ sasaran kedua hormon ini adalah hepar, otot dan jaringan lemak. Glukagon dan insulin memegang peranan penting dalam metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Bahkan keseimbangan kadar gula darah sangat ,dipengaruhi oleh kedua hormon ini. Fungsi kedua hormon ini saling bertolak belakang. Kalau secara umum, insulin menurunkan kadar gula darah sebaliknya untuk glukagon meningkatkan kadar gula darah. Perangsangan glukagon bila kadar gula darah rendah, dan asam amino darah meningkat. Efek glukoagon ini juga sama dengan efek kortisol, GH dan epinefrin.Dalam meningkatkan kadar gula darah, glukagon merangsang glikogenolisis (pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari yang bukan karbohidrat). Dalam metabolisme lemak, glukagon meningkatkan lipolisis (pemecahan lemak).Dalam menurunkan kadar gula darah, insulin sebagai hormon anabolik terutama akan meningkatkan difusi glukosa melalui membran sel di jaringan. Efek anabolik penting lainnya dari hormon insulin adalah sebagai berikut:a. Efek pada hepar1) Meningkatkan sintesa dan penyimpanan glukosa2) Menghambat glikogenolisis, glukoneogenesis dan ketogenesis3) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas di heparb. Efek pada otot1) Meningkatkan sintesis protein2) Meningkatkan transportasi asam amino3) Meningkatkan glikogenesisc. Efek pada jaringan lemak
1) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas
2) Meningkatkan penyimpanan trigliserida3) Menurunkan lipolisis
6. Struktur dan Fungsi Kelenjar Adrenal
Terletak di kutub atas kedua ginjal. Disebut juga sebagai kelenjar suprarenalis karena letaknya di atas ginjal. Dan kadang juga disebut sebagai kelenjar anak ginjal karena menempel pada ginjal.
Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapis yaitu bagian korteks dan bagian medulla. Keduanya menunjang dalam ketahanan hidup dan kesejahteraan, namun hanya korteks yang esensial untuk kehidupan.
a. Korteks adrenalKorteks adrenal esensial untuk bertahan hidup. Kehilangan hormon adrenokortikal dapat menyebabkan kematian. Korteks adrenal mensintesa tiga kelas hormon steroid yaitu mineralokortikoid, glukokortikoid, dan androgen.
b. Mineralokortikoid
Mineralokortikoid (pada manusia terutama adalah aldosteron) dibentuk pada zona glomerulosa korteks adrenal. Hormon ini mengatur keseimbangan elektrolit dengan meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium. Aktivitas fisiologik ini selanjutnya membantu dalam mempertahankan tekanan darah normal dan curah jantung. Defisiensi mineralokortikoid (penyakit Addison’s) mengarah pada hipotensi, hiperkalemia, penurunan curah jantung, dan dalam kasus akut, syok. Kelebihan mineralokortikoid mengakibatkan hipertensi dan hipokalemia.
c. Glukokortikoid
Glukokortikoid dibentuk dalam zona fasikulata. Kortisol merupakan glukokortikoid utama pada manusia. Kortisol mempunyai efek pada tubuh antara lain dalam: metabolisms glukosa (glukosaneogenesis) yang meningkatkan kadar glukosa darah; metabolisme protein; keseimbangan cairan dan elektrolit; inflamasi dan imunitas; dan terhadap stresor.d. Hormon seksKorteks adrenal mensekresi sejumlah kecil steroid seks dari zona retikularis. Umumnya adrenal mensekresi sedikit androgen dan estrogen dibandingkan dengan sejumlah besar hormon seks yang disekresi oleh gonad. Namun produksi hormon seks oleh kelenjar adrenal dapat menimbulkan gejala klinis. Misalnya, kelebihan pelepasan androgen menyebabkan virilisme. sementara kelebihan pelepasan estrogen (mis., akibat karsinoma adrenal menyebabkan ginekomastia dan retensi natrium dan air.7. Struktur dan Fungsi Kelenjar GonadTerbentuk pada minggu-minggu pertama gestasi dan tampak jelas pada minggu kelima. Difrensiasi jelas dengan mengukur kadar testosteron fetal terlihat jelas pada minggu ke tujuh dan ke delapan gestasi. Keaktifan kelenjar gonad terjadi pada masa prepubertas dengan meningkatnya sekresi gonadotropin (FSH dan LH) akibat penurunan inhibisi steroid.a. Testes Dua buah testes ada dalam skrotum. Testis mempunyai dua fungsi yaitu sebagai organ endokrin dan organ reproduksi. Menghasilkan hormone testosteron dan estradiol dibawah pengaruh LH. Testosteron diperlukan untuk mempertahankan spermatogenesis sementara FSH diperlukan untuk memulai dan mempertahankan spermatogenesis.Estrogen mempunyai efek menurunkan konsentrasi testosteron melalaui umpan balik negatif terhadap FSH sementara kadar testosteron dan estradiol menjadi umpan balik negatif terhadap LH. Fungsi testis sebagai organ reproduksi berlangsung di tubulus seminiferus.Efek testosteron pada fetus merangsang diferensiasi dan perkembangan genital ke arah pria. Pada masa pubertas hormon ini akan merangsang perkembangan tanda-tanda seks sekunder seperti perkembangan bentuk tubuh, pertumbuhan dan perkembangan alat genital, distribusi rambut tubuh, pembesaran laring dan penebalan pita suara serta perkembangan sifat agresif. Sebagai hormon anabolik, akan merangsang pertumbuhan dan penutupan epifise tulang.b. Ovarium
Seperti halnya testes, ovarium juga berfungsi sebagai organ endokrin dan organ reproduksi. Sebagai organ endokrin, ovarium menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Sebagai organ reproduksi, ovarium menghasilkan ovum (sel telur) setiap bulannya pada masa ovulasi untuk selanjutnya siap untuk dibuahi sperma. Estrogen dan progesteron akan mempengaruhi perkembangan seks sekunder, menyiapkan endometrium untuk menerima hasil konsepsi serta mempertahankan proses laktasi.
Estrogen dibentuk di sel-sel granulosa folikel dan sel lutein korpus luteum. Progesteron juga dibentuk di sel lutein korpus luteum.
Patofisiologi Umum Gangguan Sistem Endokrin
Untuk memudahkan pengertian kita tentang patofisiologi pada berbagai kelainan kelenjar endokrin, berikut akan dihantarkan gambaran sepintas tentang patofisiologi umum gangguan endokrin, mengingat fungsi sistem endokrin yang kompleks dan rumit mencakup mekanisme kerja hormonal dan adanya mekanisme umpan balik yang negatif yang sudah barang tentu akan mempengaruhi perjalanan penyakit.
Seperti lazimnya kelainan-kelainan pada organ tubuh, pada kelenjar endokrin pun berlaku hal yang sama dimana gangguan fungsi yang terjadi dapat diakibatkan oleh:
Peradangan atau infeksi
Tumor atau keganasan
Degenerasi
Idiopatik
Dampak yang ditimbulkan oleh kondisi patologis diatas terhadap kelenjar endokrin dapat berupa:
Perubahan bentuk kelenjar tanpa disertai perubahan sekresi hormonal
Peningkatan sekresi hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin sering diistilahkan dengan hiperfungsi kelenjar.
Penurunan sekresi hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, dan diistilahkan dengan hipofungsi kelenjar.
Adanya hubungan timbal balik antara kelenjar hipofise sebagai master of gland dengan kelenjar targetnya, hipofise terhadap hipotalamus serta jaringan atau organ sasaran dengan kelenjar target, memungkinkan penyebab dari suatu kasus dapat lebih dari satu; artinya mungkin saja penyebab ada pada jaringan/organ sasaran, atau pada kelenjar target, ataupada kelenjar hipofise atau hipotalamus. Oleh karena itu, untuk tujuan kemudahan dalam penanggulangannya maka dalam setiap kasus akan di dipaparkan kemungkinan penyebabnya baik yang bersifat primer, sekunder,atau tertier.
penyebab yang bersifat primer bila penyebabnya ada pada kelenjar penghasil hormon itu sendiri. Bersifat sekunder, bila penyebabnya ada pada kelenjar di atasnya. Bersifat tertier, bila penyebabnya di luar primer dan sekunder seperti penggunaan obat-obatan tertentu ataupun kelainan pada organ tubuh tertentu yang dapat mempengaruhi fungsi kelenjar.Seperti bila terjadi peningkatan ACTH (hormon hipofise) pada serum yang akan menyebabkan hiperfungsi kelenjar adrenal sehingga terjadi hipersekresi hormon-hormon adrenal maka penyebabnya disebut sekunder.Disebut penyebab primer bila penyebapnya ada pada kelenjar adrenal sendiri. Disebut tertier bila penyebabnya diluar kedua penyebab diatas. Misalnya, pengunaan obat-obatan yang dapat merangsang ACTH atau merangsang sekresi hormon adrenal. Untuk pemahaman yang lebih baik tentang patofisiologi berbagai kelainan endokrin, ada dua hal utama yang harus dipahami dengan baik.Efek dari setiap hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin terhadap jaringan endokrin dan terhadap jaringan atau organ sasarannya.Fungsi organ/jaringan sasaran dari setiap hormon.